Friday, August 31, 2012

Cerita Dewasa Ngentot Terpikat Oleh Senyumannya

Kisah ini merupakan flashback semasa bujang. Terus terang saja, aku menikah di usia 30 tahun. Sewaktu awal dua puluhan rasanya tidak ada cewek yang berhasil kupikat. Tapi sejak usia 25 tahun hingga menikah, aku menyadari di dalam diriku tercipta suatu daya pikat alami. Tidak perlu susah-susah cari jimat atau pelet, ada gadis yang secara agresif mengejarku, ada pula yang pasang signal untuk kemudian menyerahkan diri. Salah satunya adalah Lola, pramuniaga apotik di dekat rumahku.

Sebenarnya ada lebih dari tiga apotik di sekitar rumahku. Apotik ‘XX’ adalah yang tertua di sini. Selain harga obatnya murah, terus terang yang bikin lengket adalah pramuniaga yang langsing, cantik nan murah senyum, yang kemudian kuketahui bernama Lola.

Setelah berulang kali dilayani gadis kuning langsat dengan senyum menggoda ini, aku memberanikan diri mengajaknya berkenalan ketika apotiknya sedang sepi.
“Boleh kenalan? Namaku Bandi,” ujarku sambil mengulurkan tangan.
“Saya Lola,” jawabnya singkat sambil menyambut uluran tanganku dengan tangannya yang berkulit halus nan lembut.
Matanya menatap tajam, penuh percaya diri mengiringi senyum manis yang selalu terpancar diwajahnya.

Aku berusaha mengarahkan pandangan mataku untuk tetap mengarah ke wajahnya. Padahal dorongan hati ini sebenarnya ingin melabuhkan pandanganku ke bukit kembarnya yang kutaksir berukuran 36B. Apalagi dia sedang memakai t-shirt ketat. Yahh, sekali-sekali tetap saja kucuri pandang juga keindahan tubuh gadis yang kutaksir berumur dua puluhan ini.

“Sudah berapa lama kerja di sini?” ujarku memperpanjang perbincangan.
“Mumpung cuma kami berdua di ruangan depan apotik ini,” pikirku.
“Baru setahun.”
“Dari daerah..?”
“Iya, kok tahu..?”
“Logatnya kan kelihatan dari Jawa.” Lalu kusambung dengan cepat, “Aku juga dari Jawa.”
“Ah, nggak ada logat Jawanya.. Nggak percaya..”
“Kalo lagi ngumpul sama temen-temen dari Jawa, logatku keluar.”

Lalu, untuk meyakinkan Lola, aku pun mengajaknya bicara dengan bahasa dan logat Jawa. Dari obrolan singkat yang membuat kami menjadi lebih akrab secepat kilat ini, kuketahui dia tinggal di lantai dua dari ruko yang dijadikan apotik tersebut. Usianya ternyata baru duapuluh satu.

Malam itu juga kutelpon dia setelah apotik itu tutup.
“Halo, apotik ‘XX’..?”
“Ya betul.. tapi apotiknya sudah tutup Pak..,” kudengar suara Lola di ujung sana.
“Oh nggak apa-apa. Saya cuma mau bicara sama Jeng Lola.”
“Mmm.. dari siapa ya..?” terdengar nada keraguan.
“Wahh, baru juga kenalan kok udah lupa..” aku mencoba menggoda.
“Ohh, Mas Bandi. Ada apa Mas..? Kangen sama Lola..?” katanya menggoda balik setelah berpikir sejenak menebak suaraku.
“Wah, berani juga ini cewek,” pikirku.

“Iya nih.. abis di sini cuma berdua sama pembantu.”
“Asyik dong..!”
“Wong pembantuku udah nenek-nenek..”
“Masa sih..? Boong nihh..!”
“Beneran.. Kapan-kapan main ke sini dong..! Biar tahu kalo pembantuku memang udah STW.”

Setelah ngobrol sana-sini, akhirnya perbincangan di telpon ini kami tutup dengan janjian nonton di Studio 21 Sabtu malam.

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Keluar dari ruko tempat kerja sekaligus kost ini, Lola dengan mesra menggamit lenganku menuju mobil yang kuparkir di tepat depan apotik ‘XX’. Tanganku yang direngkuh Lola terasa menyentuh bagian tepi payudaranya yang menantang itu. Serr, gairahku terpancing walau hanya sebentar saja sentuhan daging kenyal yang menggoda itu kurasakan.

Di dalam bioskop, Lola lebih berani lagi. Ia menyandarkan kepalanya ke lenganku. Tangannya pun segera diletakkan di atas selangkanganku, ketika tanganku mulai mengelus dan meremas lengannya dengan lembut. Tidak lama kemudian tangannya mengelus dan menggosok-gosok bagian luar celanaku. Tentu saja tongkat di bawah celanaku segera mengeras.

“Hati-hati, nanti basah..,” aku berbisik kepada Lola.
“Biarin,” Lola berbisik menggoda sambil mencubit pahaku.
Ternyata Lola tidak bertindak lebih jauh. Ia hanya menikmati kerasnya kelelakianku dari sebelah luar celanaku. Aku pun tidak berani berbuat terlalu jauh, hanya meremas-remas lengannya, sambil sesekali mencium pipi dan lehernya yang jenjang di tengah kegelapan bioskop. Beruntung kami duduk di bagian paling belakang.

Pulang dari bioskop, pikiranku mulai kacau. Beragam khayalan muncul menggoda. Apalagi Lola makin merapatkan badannya, seolah kami ini pasangan yang sudah pacaran lama saja.
“Mau langsung pulang atau putar-putar dulu..?”
“Mmm.. putar-putar juga boleh.”
“Mau ke Ancol..?” aku coba memancing reaksinya.
“Ayo aja..”

Mobil pun mengarah ke Ancol. Langsung kuparkir ke tepi laut, seperti mobil-mobil yang lainnya. Jantungku mulau berdegup kencang membayangkan hal-hal yang akan terjadi kalau Lola tidak menampiknya.

Kami mendorong sandaran kursi kami ke belakang, sehingga lebih santai. Aku mencoba mengambil inisiatif. Kudekatkan wajahku ke wajah Lola, kuarahkan bibirku ke bibirnya yang merah merekah. Aku pun segera mendaratkan bibirku, melumat bibirnya yang menggoda. Lola memejamkan matanya, menikmati rangsangan dan gejolak birahi yang timbul saat bibir kami saling melumat. Nafasnya terdengar mulai memburu.

Kuusapkan tanganku ke bra-nya sambil meremas lembut. Lola segera membantuku dengan membuka bra-nya, sehingga tanganku bergerak bebas merengkuh kedua bukit kembarnya yang menantang polos di balik blus tanpa lengan yang sudah tersingkap. Kuusap-usap putingnya dengan telapak tanganku. Sesekali aku memilinnya dengan telunjuk dan ibu jariku. Selebihnya aku lebih banyak meremas lembut payudara yang selama ini mengoda mataku saat main ke apotik tempatnya bekerja.

Tidak lama kemudian kuarahkan bibirku ke puting susunya yang sudah mengeras.
“Ahh.. Emhh..” erangan Lola makin membangkitkan gairah dan semangatku.
Lola sangat menikmati setiap gejolak birahinya. Seperti inilah tipe wanita kesukaanku. Tidak terlalu agresif dan cenderung menikmati permainanku. Aku sangat menikmati ekspresi kenikmatan pasanganku. Aku kurang menyukai cewek yang berlaku aktif saat bercinta.

“Emhh.. enak mass.. Teruss.. Teruss.. Ahh..!” desahnya lagi.
Sambil kembali mencium bibirnya, aku mulai mengarahkan tanganku ke selangkangan Lola. Waktu CD-nya kusentuh, ternyata ia sudah basah. Ciuman bibirnya menjadi lebih liar.

Tiba-tiba ia menarik bibirnya sambil berkata, “Mas Bandi, dilanjutkan di rumah Mas Bandi yuk..! Lola udah nggak tahan nih..!”
“Di sini juga bisa kok,” aku mencoba meyakinkan Lola.
“Nggak ah, malu. Ntar ada yang ngintip. Berabe kan.”
“Katanya udah nggak tahan.., Mas juga udah nggak tahan nih..!”
“Jangan di sini Mas.., pokoknya lebih enak di rumah Mas Bandi deh..”
“Jangan kuatir, entar sepanjang jalan Lola usap-usap deh torpedonya.” Lola merajuk sambil mengusap lembut torpedoku yang sudah keras.
Torpedoku memang sudah tidak terhalang celana dan CD lagi. Retsluiting sudah dibuka, CD sudah disingkapkan ke bawah buah pelir.

Terpaksa kuturuti permintaan Lola. Alhasil, sepanjang jalan aku menyetir sambil menggeliat nikmat karena usapan-usapan lembut Lola di bagian-bagian sensitif torpedoku.

Sampai di rumah, pembantuku ternyata sudah tidur. Kulihat jam tanganku menunjukkan jam 1 pagi. Aku pun perlahan membuka pintu garasi, memasukkan mobil, lalu membimbing Lola ke kamar tidur utama. Gejolak birahi yang tertahan sepanjang perjalanan membuatku langsung merengkuh tubuh semampai Lola, melumat bibirnya, sambil perlahan melepas pakaiannya satu per-satu.

Dalam sekejap kami sudah telanjang dan berada di atas ranjang. Sekali lagi aku menikmati tubuh menawan Lola, melumat puting susunya, sambil mengusap-usap belantara dan gua yang sudah basah. Terdengar bunyi berdecak ketika tanganku memainkan gua di selangkangannya sambil melumat payudaranya yang sintal.
“Emhh.. enak Mass..! Teruss.. Teruss.. Ahh..!”
Ia betul-betul gadis yang menikmati setiap denyut kenikmatan birahinya. Erangan dan ekspresi yang ditunjukkannya benar-benar nikmat didengar dan dipandang.

Terasa penisku semakin mengeras. Kulihat Lola meregangkan kedua kakinya, mengundang penisku untuk masuk.
“Ahh.. Emhh..” kembali Lola mengerang nikmat, “Masukkan Mas.., udah nggak tahan nih..! Akkhh..!” bisiknya bercampur erangan nikmat.
Aku pun segera memasukkan penisku ke dalam gua yang sudah basah. Karena sudah licin dengan cairan kenikmatan Lola, dengan mudah penisku yang sebenarnya termasuk besar itu dapat masuk sampai ke bagian terdalam vaginanya.

Terasa denyutan dinding vaginanya pada batang penisku. Ahh, nikmat sekali. Aku mulai bergerak naik turun perlahan, sambil menikmati erangan khas Lola. Gerakanku makin lama makin liar, seiring makin liarnya erangan dan gerakan pinggul Lola.
“Ahh, aku udah mau keluar..” bisikku kepada Lola.
“Tahan dulu Mas.. sebentar lagi..!” rengek Lola.
Aku pun mengatur nafas sambil melepas erangan untuk menahan ejakulasi. Aku menawarkan Lola untuk pindah ke posisi atas, supaya ia dapat mengatur gerakan yang sesuai dengan ritme orgasmenya.

Kami pun berguling, penisku tetap berada di dalam vaginanya saat kami berguling ganti posisi. Lola kini di sebelah atas. Ia bergerak naik turun.. naik turun.. Lama-lama berubah berputar-putar dan sesekali naik turun.. Erangan Lola berbaur dengan eranganku menahan ejakulasi.

“Ahh, enakk.. akk.. ku.. udah.. mmh.. mau keluar..!” Lola mengerang nikmat.
Aku pun mulai bergerak mengatur ritme agar dapat ejakulasi bersamaan klimaks yang dicapai Lola.
“Ahh, akk.. ku.. juga.. Mmmhh..!”
Terasa tubuh kami mengejang bersama-sama.

“Thanks.., Lola. Kamu luar biasa..” aku berbisik ke telinga Lola.
“Mas Bandi juga luar biasa..” bisik Lola.
Malam itu Lola menginap di rumahku. Kami tidur tanpa busana setelah mandi bersama.

topik:  10 Besar dari 100 Artis Wanita Terseksi FHM 2012 ABG Amoy Action And Pamer Meqi super Halus Alina Sexy Model Popular Magz Amoy Asoy Anggita Sari Finalis FHM Anindita Putri Anzai Hiromi Arisu Minami Artis Asami Kanno Asia Seksi Aura Kasih Ayaka Uehara Ayumi Bergaya di Popular Indonesia Bangkok Girl Barat Hot Bunko Kanazawa Cantik Seksi Kesemprot Pejoh Cantik Siap Di Entot Cewek Bispak Cewek Montok Cewek Mulus Pakai Handuk Cewek Paling Bening di China. Konon Cewek Seksi dan Hot Siap Entot CHerry Antrisitiana Chiharu Watanabe Chisa Aizawa Christy Thom Daniella Wang Seksi Dara merah jambu yang luar biasa Dewi Cinta Dewi Lexxa In Popular Magz Duel Gadis Seksi Dwi Putrantiwi Emma Santos Emma Waroka Eva Cantik Filipinas Foto Hot dan Seksi DJ Gisva Di Majalah Popular Foto HOT Sisca Amanda Foto Menantang Cewek Pas Lagi Bobo Foto Sexy Wiwid Gunawan Popular Edisi 2012 Gadis Minta Di Entot Gadis Seksi Bugil Pamer Toket dan Memek Minta Di Entot Galery Photo Gadis Cantik Model Gallery Cewek Cantik Gaya Cewek Kuliahan Kalo Lagi Break di Kamar Haruki Mizuno Hsu Chi Igo Mantab India Seksi Indo Nude Indonesia Jadul Indonesia Model Indonesia Scan Indonesia Seksi Indonesian Hot Jade Marcella Ngentot Japan Seksi JARAH MARIANO Jing Ling Julia Perez Kaoru Kecantikannya Paling Sempurna Kiki Amalia Kiki Fatmala Kompilasi Kompilasi Barat Hot 120 Kompilasi Juragan Tomat Kompilasi Meki Ranum Korean Girl Lekuk Tubuhnya Begitu Indah Lidya Pratiwi Sensual in Popular Magazine Lontong Lonjong Mai Asoh Mai Asou Majalah Popular 2012 Online Artis Indonesia Mao Asami Maria Elena Maria Ozawa (Miyabi) Mariko Morimoto Marlin Taroreh Milla Wang Xin Yi Miyoki Model cantik dan menggairahkan chika anastasya Model Hot Model majalah Popular yang paling hot Model Sarah Ardhelia Sexy Session I Models Natalie Sarah Natasha Yi Nina Nova Sang Superstar Pantai ini indah jika ada dirimu Pesta Sex Kolam Renang Petra Varkaik Playboy Popular Magazine Popular Magz Edition August 2011 Model SENDY Pose Seksi DJ Vega di Majalah Popular Terbaru Puteri Anggraeni Rizki Pritasari Saphira Indah Sarah Azhari Seksi Selebritis Sharifah Haslina Siap Bukak Baju Sophia Latjuba Syahrini T. Taylor Taiwan Tante Tante Wenny Tenty Kamal The Baywatch Girls Tina Azhara Toket Seksi Uwi Jasmine Video Bugil Video Seksi Vivian Hsu Wendy Hamilton Yuuki Zahra Jasmine in Popular Magz

Cewek Berjilbab Pamer Toket dan Body Mulus Semok Montok

Siapa sangka kalau cewek berjilbab ternyata ada yang bersedia untuk memperlihatkan aurat nya. contohnya cewek cewek berjilbab berikut ini yang pamer toket gede alias toge, pamer body semok montok dan memek yang bikin kontol ngecrot. Lihat aja sendiri gan






























Cerita Dewasa Ngentot Berniat Mau Bebaskan Sandera Malah Ngentot

Sebuah perampokan di bank membawa pengalaman baru bagi istri seorang pengusaha. Suaminya menganggap itu kejadian musibah biasa, tapi sang istri menyimpan itu sebagai suatu rahasia. Diikat menjadi satu dengan Satpam bank akhirnya membawa sensasi luar biasa.

Perampokan bersenjata di bank siang itu membawa pengalaman traumatik bagi Aris Hendrawan (35), seorang pengusaha mutiara. Siang itu ia bersama istrinya Kristin (30) berada dalam bank tersebut untuk sebuah transaksi keuangan perusahaan mereka.

Suasana bank cukup ramai, bersama para nasabah lainnya Aris dan Kristin mengantri menunggu layanan kasir. Tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.

Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.

“Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.

Ini perampokan, pikir Aris. Suasana sempat kacau penuh teriakan dan para nasabah berhamburan, Aris mengikuti beberapa nasabah yang lari ke lantai dua.

Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.

Aris dan enam nasabah dilantai dua tak berkutik ditodong senjata, mulit mereka ditempel lakban, sementara para nasabah di lantai dasar juga sudah sepi tak berani bersuara.

Kawanan rampok mengikat para nasabah. Ada yang tiga menjadi satu, ada yang dua menjadi satu, dan semua mulut mereka ditempel lakban.

Dari balkon dalam lantai dua, bisa melihat semua di lantai satu, tapi ia mendadak khawatir karena tidak melihat Kristin istrinya.

Seorang perampok menjaga di pintu, satpam yang berjaga di meja dalam juga tidak terlihat, hanya pakaiannya tergeletak di lantai, mungkin ia ditelanjangi rampok.

Dua kawanan rampok naik ke lantai dua untuk memeriksa letak brangkas diantar seorang wanita kasir yang ditodong pistol.

Aris mencoba bergeser ke ujung balkon, ia mencari Kritin.Aris lega, ternyata Kristin berada di sebuah lorong sempit menuju toilet. Aris meihatnya terikat menjadi satu dengan seorang lelaki tegap, ia pasti satpam bank, karena hanya mengenakan celana kolor dan kaos dalam.

Tubuh Kristin dan satpam itu terikat menyatu berhadapan dilakban melingkar dibagian pinggang dan dada. Tangan mereka juga diikat lakban ke belakang. Keduanya berbaring dilorong menyamping berhadapan, mulut masing-masing juga tertutup lakban.

Dalam suasana tegang itu, Aris melihat satpam dan Kristin terus berusaha melepas ikatan mereka dengan cara bergerak terus bersamaan untuk melonggarkan lilitan lakban.

Perampokan berjalan hampir satu jam, sampai akhirnya kawanan rampok berhasil kabur membawa jarahannya. Aris bersyukur, Kristin dan satpam bank akhirnya terlepas dari ikatan. Si satpam kemudian membantu nasabah lainnya sementara Kristin membuak ikatan Aris.

“Untung kita nggak diapa-apakan ya ma..,” kata Aris merangkul istrinya. Mereka kemudian pulang.

Chapter 2: Kasaksian Istri

Bagi Kristin, perampokan di bank itu menimbulkan trauma sesaat tetapi berakhir dengan sensasi seks yang selama ini tak pernah ia bayangkan.

Terikat di lorong sempit dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan lelaki lain membuat Kristin risih bukan kepalang, apalagi si lelaki hanya mengenakan kaos dalam dan celana kolor. Tapi perasaan itu terkubur lantaran takut yang dirasakannya melihat kawanan rampok bersenjata itu.

Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, Kristin melihat lelaki di depannya berhasil membuka lakban di mulutnya setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidahnya.

“Tenang bu.. saya Partodi satpam di bank ini. Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok. Sepertinya sekarang mereka sedang membongkar brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, ayo kita berusaha lepaskan ikatan ini bersama ya..,” kata satpam Partodi. Kristin mengangguk saja dan berharap upaya mereka berhasil.

Partodi kemudian melepaskan lakban di mulut Kristin dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Kristin sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

“Terus bagaimana caranya,” tanya Kristin menanyakan cara mereka melepaskan ikatan lakban di tubuh. Sepertinya sulit karena masing-masing tangan mereka terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut mereka berdempetan.

Partodi lalu menjelaskan pada Kristin bahwa sifat karet pada lakban dapat digunakan sebagai kesempatan mereka lolos dari ikatan. Caranya dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

“Kita masih punya kaki yang bebas bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,” kata Partodi. Ia segera mengubah posisi mereka dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Kristin berada di atas. Ini dilakukan Partodi agar Kristis tidak merasa berat jika Partodi yang berada di atas, sebab bobot Partodi yang tinggi besar tentu akan menyesah Kristin bila tertindih.

Posisi Kristin sudah di atas tubuh Partodi. Ia menuruti perintah Partodi dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh Partodi dengan menjejakkan kaki di lantai. Tapi rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Kristin menjejakkan kaki secara maksimal mekantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki Partodi di bawah kakinya.

Kristin terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Kristin naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi tak apa, pikir Kristin, demi usahanya menjejak kaki ke lantai. Lagi pula Partodi tak mungkin melihat pantatnya karena ia berada di bawah Kristin.

“Terus goyang bu.. sudah mulai longgar ikatannya,” Partodi berbisik pada Kristin. Entah mengapa kata-kata “goyang” yang dibisikan Partodi membuat Kristin risih. Ia baru sadar gerakannya berusaha melepas ikatan terkesan menjadi gerakan yang erotis.



Ia juga baru sadar kalau sejak tadi payudara 36Dnya terus menggerus dada Partodi, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh keduanya mulai mempengaruhi libido Kristin.

“Astaga.., bang Partodi. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,” Kristin berbisik balik ke Partodi saat merasakan sesuatu benda mengeras hangat terasa di bawah pusar Kristin. Penis Partodi rupanya ereksi setelah beberapa lama merasakan gesekan tubuh Kristin.

“Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu.. tapi saya pikir ini alami bagi lelaki, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,” Partodi agak gugup dan malu menyadari Kristin mengetahui penisnya mulai bangun.

“Ya sudah.. nggak apa-apa, asal bang Partodi jangan macam-macam ya..,” kata Kristin. Ia sadar tak bisa menyalahkan Partodi. Dan lagi benar apa Partodi bahwa itu sangat alami dan Kristin juga merasakan hal yang sama, ada kenikmatan menjalari tubuhnya setiap kali gerakan bergesek ia lakukan.

Pikirnya, perampokan bank yang menyebabkan mereka berdua berada dalam posisi terikat seperti itu, dan mereka harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

Kristin kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh Partodi dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.

Bagian perut Kristin sudah bisa menjangkau perut Partodi bagian atas, Kristin berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

“Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,” suara Partodi semakin parau. Tubuh Kristin yang terdorong ke atas membuat penis Partodi kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Kristin kini sudah diatas melewati ujung penisnya.

Kristin setuju dengan Partodi, mungkin gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.

Tapi gerakan ke bawah yang dilakukan Kristin justru membuat keadaan mereka berdua berubah. Pikiran masing-masing milau terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

“Enghhh..,” Kristin melenguh kecil. Ia merasakan ujung penis Partodi menyentuh CD yang dipakainya. Panis Partodi yang sudah sangat tegang terdoring keluar dari balik celana kolornya, lantaran gesekan membuat kolornya melorot. Kini, setiap gerakan Krsitin membuat koneksi ujung penis Partodi kian terasa mendorong-dorong CD Kristin. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Kristin yang terhalang CD.

Kristin terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuah gairah seksualnya terdongkrak naik. Lama-lama ia merasakan Cdnya membasah oleh cairan vaginannya sendiri. Apalagi, dari bawah Partodi juga terus bergerak berusaha melepaskan ikatan lakban ditanganya yang tertindih ke belakang. Hal ini membuat erotisme tersendiri dirasakan Kristin.

“Enghh.. ahhss..,” Kristin mendesah dan menghentikan gerakannya. Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis Partodi mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Kristin merasakan kepala penis Partodi sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

“Hmm.. bu, kenapa berhenti.. sudah hampir lepas ikatannya nih..,” Partodi terus bergerak berusaha melepas ikatan tangannya. Tapi ia juga merasakan penisnya sudah menyentuh kulit vagina Kristin secara langsung, karena sisi CD kristin yang membasah tergeser ke samping.

Kristin berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis Partodi. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu, Kristin tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.

Kristin mulai putus asa. Ia harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban itu sebelum penis Partodi mengakses lebih jauh vaginanya. Pikiran sadarnya masih berjalan dan menyadari sesaat lagi ia akan disetubuhi Partodi, dalam keadaan terpaksa begitu.

Konsentrasi Kristin gagal. Gerakan Partodi dari bawah membuat kepala penisnya mulai masuk membelah bibir vagina Kristin.

“Ough..,” Partodi tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penisnya menguak bibir vagina Kristin. Ia terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakannya membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Kristin.

Hal itu memberi sensasi kenikmatan pada Kristin, ia masih berusaha diam diatas tubuh Partodi sampai ada kesempatan menjejak kaki agar vaginanya menjauh dari penis Partodi. Kristin akhirnya berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai tentu akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis Partodi.

“Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang pasti sudah beristri kan?.” kata Kristin, wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Kristin serta kulitnya yang putih mirip dengan artis Mona Ratuliu.

“Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,” jawab Partodi, ia juga menjadi serba salah dengan posisi itu.

“Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,” kata Kristin dengan nafas berat.

“Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dilaporkan ke atasan saya apalagi polisi bu. Kalau kontol saya masuk ke pepek ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,” Partodi polos ketakutan.

“Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,” Kristin mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis Partodi menelan setengah penis itu.

Partodi agak hitam kulitnya, tapi wajahnya manis seperti artis Anjasmara, dan badannya kekar. Penis Partodi dirasakan Kristin lebih besar dan padat dari penis Aris suaminya. Kristin merasakan sensasi nikmat saat kepala penis Partodi terbenam di vaginanya.

“Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,” Partodi khawatir karena kini penisnya sudah mulai menyetubuhi Kristin.

“Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,” Kristin berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya, tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Kristin tak mungkin menaikkan tubuhnya.

“Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,” Kristin kembali diam tak bergerak, separuh penis Partodi yang dirasanya mebuat nafasnya semakin berat.

“Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk kontol saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh,” Partodi mengangkat pinggulnya dan pantatnya menjauh dari lantai agar tangannya bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh keduanya.

Partodi melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantatnya yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penisnya masuk lebih dalam ke vagina Kristin. Kristin sudah pecah konsentrasi, kini pikirannya hanya merasakan kenikmatan separuh penis Partodi yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul Partodi.

“Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,” Kristin semakin mendesah, kini pinggul Kristin melayani gerakan Partodi, ia malah berusaha agar penis Partodi terasa lebih dalam di vaginanya.

Tangan Partodi sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat Partodi bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ia justru membuak kancing-kancing baju Kristin dan meremasi payudara Kristin.

“Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,” Kristin semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu, kini bibirnya menyambut bibir Partodi, mereka berkecupan sangat dalam dan cukup lama.

Partodi meloloskan susu Kristin dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara Kristin, lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Kristin agar penisnya mengakses jauh vagina Kristin. Saat itu penisnya sudah bisa masuk utuh ke vagina Kristin, tangannya menekan dan meremasi pantan Kristin membuat Kristin semakin mendesis.

“Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,” Partodi bertanya sambil menahan kenikmatan digenjot Kristin. Ya pinggul Kristin sudah cukup lama menggenjot Partodi membuat penis Partodi bebas keluar masuk ke vagina Kristin.

“Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,” Kristin sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis Partodi, apalagi rangsangan Partodi secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

“Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh.. ouhsss..,” Partodi kemudian melepaskan ikatan tangan Kristin tapi membiarkan ikatan di pinnggang mereka tetap seperti semula.

“Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… akhhsss.. ouhh…,” tangan Kristin yang sudah bebas langsung merangkul leher Partodi dan keduanya kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Kristin semakin liar.

Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, Partodi membalik tubuh Kristin sehingga kini Kristin ditindihnya. Ia lalu menggenjot pantatnya membuat penisnya membobol vagina Kristin secara utuh. Cairan vagina Kristin menimbulkan bunyi kecilpakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis Partodi.

Kristin merasakan gerakan Partodi makin keras dan makin cepat mengakses vaginanya, kenimatan mulai memuncak di klitorisnya seolah mengumpul panas hingga bongkahan pantatnya. Ia mengimbangi gerakan Partodi dengan menggoyang pinggulnya.

“Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg…,” Kristin merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis Partodi yang terus menerus menghujam. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

“Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh..,” Partodi membenamkan seluruh penisnya ke vagina Kristin dan melepas spermanya menyembur dinding rahim Kristin sambil bibirnya langsung melumat bibir Kristin. Tubuh keduanya seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.

Beberapa saat setelah itu, Partodi lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang mereka. Mereka berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

“Emm.. bu.. maafkan atas yang bausn terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”

“Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,” Kristin memotong pembicaraan Partodi. Keduanya lalu berkenalan lebih jauh dan berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara mereka berdua.

Keduanya lalu berpisah, Partodi menolong membebaskan nasabah bank di ruang tunggu, sementara Kristin mencari Aris suaminya yang terikat di lantai dua. Kristin menjaga rahasia bahwa apa yang dilihat Aris dari lantai dua tak seperti yang sesungguhnya terjadi dan dinikmati olehnya.


Cerita Dewasa Ngentot Dapet Hadiah Ngentot Saat Ultah

Siang itu aku diajak temen2 skola makan2 di satu cafe deket skola, temenku itu ultah, maklum
bokapnya tajir jadi ada ja tu duit buat nraktir temen2 di cafe itu. disini tempat makannya
dibuat beberapa saung selaen ruang makan di bangunan utama. jarak antara gazebo2 sekitar 5
meter itu juga di batasi oleh kolam dan masing2 saung di kasih kerai dari anyaman rotan dengan
meja lesahan untuk makan nya. saung disini berdiri diatas kolam yang luas, makanya tempat ini
begitu asri dan udaranya segar. Karena makannya ramean, temenku milih saung yang paling ujung,
biar ada privacynya (sebenarnya biar gak di komplain pengunjung laen karena pastinya kalo abege
nanggung ngumpul bakal heboh banget). Makanan yang dipesan berlimpah ruah, kebanyakan kayanya
buat kita2 yang masi abege seragam biru putih gini, tapi ya biar ja, namanya juga di traktir,
tinggal ngisi perut semuatnya ja.

Aku melihat kearah saung laennya, gak banyak yang makan, cuman ada seorang bapak2 yang makan
ditemenin cewek abege, mo bbs kali abis makan. Kerai saung tu bapak dibiarin terbuka, biar
semilir angin kali ya. Pas aku melihat ke saung tu bapak, dia pun kebetulan sedang memandang ke
arahku. Wah ganteng banget orangnya, kumisan, dia senyum dan ngangguk ke arahku. Dah bawa cewek
masi ja jelalatan ngeliatin aku. Pemantes, ya aku senyum dan ngangguk juga, malah aku iseng
ngasi dadah ke si bapak, dan disambut dengan dadah juga. Temen cewekku nanya, "Siapa Din (by
the way aku Dina)". "Gak iseng aja, tu ada om2 ganteng banget". "Mana". "Tu disaung yang
sebelah kiri yang cuma berdua ma ceweknya". "Wuih gantengnya, aku mau tu nemenin makan". dasar
temeku itu memang kecentilan. "Pasti gak cuman makan tu". "Ya gak apa kan kalo abis makan trus
bbs. Udahannya pasti diblanja2in pakean". "Mangnya kamu suka diblanjain om2 ya, pantes baju
kamu keren2 semuanya". Temenku cuma cekikikan. KAmipun makan dengan riuh rendahnya, sesekali
aku noleh ke saung si bapak, dia masi ja memandangin aku, setiap pandangan kami amprokan dia
senyum dan kasi dadah, aku sambut ja dadahan sambil memberikan senyumku yang paling manis.

Setelah acara makan minum selesai, temen2ku berhamburan balik ke rumah masing2. Aku menunggu
semuanya jalan duluan. Temenku bisikin aku, "Tu om kok tinggal ndirian Din, abegenya mana".
"Gak tau aku kemana". "Tu om nungguin kamu kali Din". "Bisa aja kamu". "Ya udah samperin aja
Din, lumayan kan kalo kamu diblanja2in ma dia. Slamet berburu ya", kata temenku sembari
ninggalin aku nyusul temen2 laen yang dah ngelewatin saungnya si bapak. Waktu ngelewatin
saungnya si bapak, temeku yang kecentilan ngasi senyum dan dadah ke si bapak, si bapak nyambut
dengan senyuman, "Om yang itu namanya Dina, kesengsem Dina ngeliat om". Iseng banget deh
temenku itu. Waktu aku lewat saungnya, si bapak nyapa, "Din, dah mo pulang ya, Eh namanya Dina
ya, tadi temen kamu yang ngasi tau nama kamu. Nama yang cantik secantik orangnya". Aku memang
imut banget dengan tinggi 155 kulit putih bersih hidung mancung dan bibir tipis yang selalu
basah. mataku katanya seksi banget, kalo dipandang sepintas kayak artis popi bunga. Gombal
banget deh. "Iya om, Dina mo pulang, rasanya tadi om berdua deh". "Iya temen om dah balik
duluan". "Wah gak da temennya dong om". "Kan ada Dina, mo nemenin om gak". Aku diem aja, dia
malah megang tanganku dan menarik aku sehingga aku terduduk di saungnya. Agresif banget ni si
om. "Gak usah takut om jinak kok, nama om... (dia nyebutin namanya)" katanya sambil mengulurkan
tangannya. Kujabat tangannya, iseng dia nekuk telunjuknya dan ngilik2 telapak tanganku sembari
meremas tanganku. "Ih, om siang2 gini dah isng". "Mangnya iseng baru bole malem ya Din". Aku
senyum ja. "Dah selesai ya makan2nya, mo makan lagi ma om". "Makasi om. Dah kenyang banget."
"Kamu gak da acara, kita jalan yuk". Wah bener kata temenku, pasti mo ngajakin bbs Dia turun
dari saung, aku digandengnya. Seneng si digandeng ma om seganteng dia, kami menuju kounter
kasir dan dia membayar bonnya.

Kemudian aku digandengnya lagi menuju ke mobilnya di pelataran
parkir. Dia bukain pintu mobilnya dan aku masuk duduk di kursi penumpang depan. Dia menutup
pintu mobilnya pelan dan berjalan menuju pintu satunya, membukanya dan dia duduk disebelahku.
"Pake seatbeltnya Din, kalo gak ntar kudu nraktir polisi makan siang lagi". "Kok nraktir polisi
om". "Iya kalo kamu gak pake seatbelt trus dibrentiin ma polisi kan om kudu ngasi dia uang". "O
nyogok toh makud om". "Iya Din, biar urusannya gak bertele. Tau kan makenya." KArena aku
sedikit kerimpungan memasangkan kaitan seatbelt ketempatnya, dia membantuku. Ternyata
seatbeltnya membelit di ujungnya, sehingga dia membantu membetulkan belitannya, tangannya
dijulurkannya melewati dadaku ketika membetulkan belitannya. Gak tau sengaj pa enggak,
tangannya menggesek toketku, Aku kaget juga ketika toketku kgesek tangannya. Toketku si kecil
tapi ada lah, gak rata2 banget kaya anak seumuranku. "Montok juga kamu". Ternyata dia sengaja
menggesek toketku untuk tau sebrapa gedenya. "Ih si om, siang gini genit". "Tapi gak papa kan
kalo om genit". Setelah urusan seatbelt selesai,mobilnya meluncur meninggalkan tempat parkir,
menerobos kemacetan rutin.

"Dina mo pulang dulu deh ya om". "Lo kok, katanya mo jalan". "Iya tuker baju dulu, masak jalan
ma om pake seragam gini". "O gitu ya, tadinya om pikir kita beli pakean aja buat kamu dulu,
baru jalan". "Gak usah deh om, rumah Dina gak jauh kok". "Ntar sampe rumah gak bole lagi kamu
jalan ma om". "Dirumah gak da sapa2 kok om". Ortunya kemana". "kerja dua2nya, dirumah cuma ada
pembantu". "Sodaramu". "Dina anak tunggal kok om". "Wah manja dong ya". "Gak lah, tiap ari Dina
mandi kok om pagi sore". "Kok mandi.." Dia gak ngarti gurauanku. "Iya om, manja kan artinya
mandi jarang". "O..." dia tertawa, "asik juga ngobrol ma kamu". Mobilnya melaju kerumahku,
sesampenya dirumah aku turun dari mobil. Rumahku jaraknya dari rumah tetangga yang paling deket
50m jauhnya. karena posisi nya lebih deket dengan jalan raya sementara rumah2 disekelilingnya
lebih menjorok kedalam. "Yuk, om turun dulu, masak nunggu di mobil, kan om bukan sopirnya
Dina".

Aku membuka pager, trus membuka pintu rumah dengan kunci yang memang aku bawa kemana2. "Masuk
om, mo Dina ambilin minum? Dina gerah mo skalian mandi dulu". "Gak usah minum deh,alo mandi si
om mo ikutan". "Genit ah". Dia duduk di ruang tamu, aku mengambilkan segelas teh dan menaruh di
depannya. "silahkan di minum om". "makasih Din," jawabnya. aku duduk dan ngobrol apa aja dari
masalah dia sampai urusan pacar segala.

"Mangnya kamu dah punya pacar ya Din". Aku cuman ngangguk, "Kan dah udah kelas 3, bentar lagi
juga masuk smu" "mang sekarang umur kamu berapa Din?" Aku menyebut umurku. "Masi muda sekali
ya, mangnya gaya pacaran kamu kaya apa, paling cuma pegangan tangan ya Din". Aku gak sadar dia
mancing2 aku, dalam hati aku ngegerutu, sial dianggep masi sd kali aku. "kamu pernah di apain
aja ama pacar kamu". "rahasia dong" "malu ya critanya, masa sama om pakai rahasia2 segala".
aku terpancing dan crita kalo cowokku sering nyium dan juga suka di grepe2. Dia nguber terus,
"mang apanya yg di cium dan di pegang2 Din?" "ih si om kayak gak tau aja, ya bibirlah". "lalu
yang di pegang2 apanya". "yaa...anu...gimana ya", aku baru sadar kalo aku terpancing sama
omongannya. "Kok gak di lanjutin sih, masa sama om malu gitu sih." "Suka di elus elus paha dan
diremas remas toket Dina, tapi dari luarnya aja, geli". "Asik dong ya". "Om, Dina mo mandi dulu
ya, risih nih, bau keringat", kataku mengalihkan pembicaraan. "ya udah, sana mandi dulu biar
wangi". Aku masuk kamarku, persis dekat dengan tempat si om duduk. Pintunya cuma aku rapetin
aja, gak sampe ngelock, sehingga kalo ada angin bisa kebuka ndiri. Aku pengen tau ja si om
responsenya kaya apa.

Aku membuka lemari yang menghadap kearah pintu dan mengambil singlet tanpa lengan dan celana
pendek, juga bra en cd. Aku melepas kancing baju seragam satu persatu lalu melepaskannya
kemudian aku buka ikat pinggang dan resleting rok yang kemudian aku plorotin gitu aja. Kemudian
aku bercermin sambil megang2 toketku, gak lama kemudian aku melepas braku. walaupun toketku
belum begitu gede tapi bentuknya bulat kencang dan begitu putih bersih dan putingnya yang
berwarna pink belum begitu menonjol paling baru seberas ujung kelingking aja. terakhir aku buka
cdku. jembutku belum begitu kelihatan masih samar2. Aku berdiri didepan kaca yang nepel di
pintu lemari memandangi tubuhku.

Aku kaget juga ketika pintu kamar terbuka dan si om berdiri
disitu. Matanya berbinar-binar memandangi tubuhku yang bugil yang nampak sepenuhnya dari
bayangan di kaca di pintu lemari. "Katanya mo mandi Din, kok jadi mandangin badan ndiri, sexy
banget deh kamu, om jadi pengen nih", katanya sambil nendekat dan memeluk tubuhku dari
belakang. Karena malu tangan kananku menutupi toket dan yang kiri menutupi selangkanganku. "Dah
bugil gitu kok masi malu si", katanya lagi sambil membelai pinggiran tokedku, kemudian memilin
putingku yang mulai mengeras karena ulahnya. "Ooogghh.. sshh," rintihku.

Tubuhku dibaliknya
menghadap dirinya, dia membungkuk dan mulai mengisap putingku sambil jemarinya terus menari-nari
di toket kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya karena napsu mulai meland diriku. Lidahnya
menyapu seluruh permukaan tokedku dan melumat putingku secara bergantian. nafasku menjadi tidak
teratur. Kemudian dia jongkok didepanku dan mulai mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah
selangkanganku. "Meki kamu sexy banget Din", katanya sambil mengelus bibirmeki ku yang mulai
basah. "Dah napsu ya kamu, ampe basah gini". "Om si nakal, aaah", lenguhku lagi. Otot mekiku
terasa menegang ketika jarinya mulai merenggangkan bibir mekiku. Lalu jari tengahnya mengorek-
ngorek klitku. "Aaahh.. sshh.. mmhh", desahku untuk kesekian kalinya. Kemudian dia menjilat
klitku, lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget, palagi ketika lidahnya
mulai turun menyusuri daerah bibir mekiku.

Si om kemudian menarik aku ke tempat tidur, aku ditelentangkan di situ kakiku masih menjuntai
kelantai. Dia berbaring disebelahku, bibirku dilumatnya. Setelah sepuluh menit kami saling
berpagutan, kemudian lidahnya bergerak menuruni leherku sampai bibirnya hinggap di tokedku.
Kembali dia mengemut pentilku yang dah menjadi kencang. "om.. terus aachh.. ehmm.." desahku
keenakan. Kemudian dia semakin turun dan menghisap pusarku, aku tidak tahan diperlakukan
demikian. Eranganku semakin panjang. "Aaach.. geli aach.. om". Dia terus menghisap-hisap
pusarku lalu turun sampai di mekiku. Dielusnya jembutku yang halus, kemudian mulai menjilati
dan sesekali menghisap klitku. Aku mengangkangkan kakiku supaya dia mudah mengakses daerah
selangkanganku. "Aaacchh.. om terus achh.. enak.." Aku semakin menggelinjang, tanganku menarik
-narik sprei dan beberapa saat kemudian aku menjerit kuat. "Aaacchh.." Dari mekiku menyembur
lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung dia menghisapnya sampai habis. "Aaach
om.. acchh.." jeritku untuk kesekian kalinya. Hebat banget si om, cuma dijilatin ja aku bisa
nyampe, rasanya lebi nikmat diolah ma si om katimbang ma cowokku.

Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, aku tergeletak di atas ranjang. Dia tetep aja
mengutak-utik mekiku. Birahiku kembali bergelora. Nafasku kembali memburu ketika ujung jari
telunjuknya masuk ke dalam lipatan bibir mekikuku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan
dalamnya. "Hoohh.. om.. enak banget.." rintihku. tokedku yang rasanya telah membengkak
dijilatnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya
terus memilin-milin klitku. "Aaaghh.. terus.. jilatin om.." Dia berganti menjilati mekiku
sedangkan tangannya beralih meremas-remas tokedku yang berwarna kemerahan oleh hisap-
hisapannya. Aku gak tahan diperlakukan seperti itu sampe akhirnya aku nyampe lagi. "Om nikmat
banget deh, cuma dijilat dan dikilik ja Dina dah 2 kali nyampe. Om lebi hebat dari cowok Dina
deh". "Tadi katanya cuma dari luar, gak taunya..." katanya sembari senyum.

Si om melucuti seluruh pakaiannya. Kontinya sudah menegang sangat keras. Perkasa banget
kelihatannya. "Om masukin ya Din, dah pengen banget nih". Aku hanya menggangguk. Dia
menelungkup diatas badanku dan mengarahkan kontinya ke bibir mekiku. Walaupun dah pengen
banget, si om gak grusa grusu. Pala kontinya digesek2kannya di bibir mekiku dan disodok2kannya
pelan ke klitku. Napsuku kembali menggelora. "Om masukin aja, Dina dah pengen dienjot om". Dia
hanya tersenyum dan tetap aja menggesek2kan palonnya di klitku. Sampai akhirnya "Aaaggh!"
pekikku saat dia menekan kontinya masuk ke mekiku. Dikit demi sedikit dia mengenjotkan kontinya
pelan sehingga mengebor masuk mekiku sampai akhirnya Blees!! seluruh batangnya menjebol lubang
mekiku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika dia mulai mengocok liang mekiku keluar
masuk.

"enak banget meki kamu Din.. seret.. tapi siip.." bisiknya sambil terus memompa mekiku. Aku
mengeluarkan desahan dan rintihan birahi ketika dia mengenyot kedua tokedku gantian. kenikmatan
itu aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian
aku desakan dari dalem mekiku. "Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh.." pekikku. Dia
memompa mekiku semakin cepat sambil lidahnya semakin liar menjelajahi tokedku. Akhirnya aahh..,
lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar
selakanganku. Dia terus memompa dengan liar. "Din, nanti om keluarin didalem ya, gak papa kan".
Aku cuma mengangguk sambil merasakan kenikmatan yang baru saja melanda tubuhku.

Tiba2 dia menghentikan enjotannya dan mencabut kontinya dari dalam mekiku. "Kok udahan om, kan
om blon kluar, katanya mo dikeluarin didalem", protesku karena saat itu aku mulai enjoy lagi
merasakan enjotannya yang liar. Aku ditariknya bangundan disurunya nungging dipinggir ranjang.
Dia berdiri dibelakangku dan mengarahkan kontinya ke mekiku yang masi menganga lapar.
"Aaacchh!!" lenguhku ketika dia kembali menusukkan kontinya ke mekiku. Langsung saja dia
mengocok mekiku maju mundur, sambil kedua tangannya dengan gemas meremas-remas toketku dari
belakang. "Aduuh om.. terus.. ah.. nikmat sekali..rasanya Dina dah ingin keluar lagi om,
aduuh.. nikmatnya, terus..yang cepat.. om.. aduh Dina nggak tahan ingin keluar.." aku
menceracau tak karuan saking nikmatnya. "Cepet amat Din, om ja blon ngarasa mo kluar".

"Nikmatnya banget si om". beberapa saat kemudian tubuhku menegang dan sur.. suurr lendir
kenikmatanku berhamburan membasahi selangkangan kami, kemudian menetes membasahi seprei. Aku
lemes banget jadinya, sampe aku nelungkup dikasur, kontinya tercabut dari mekiku, masi sangat
keras dan perkasa. Dia membiarkan aku nlungkup dikasur untuk memberi kesempatan aku
mendinginkan gejolak akibat napsu dan rasa nikmat yang luar biasa. "Om hebat banget deh, Dina
dah berkali2 nyampe om blon kluar2 juga". "Nikmat kan Din?" "Banget". "Mana nikmat ma cowok
kamu?" "Nikmat ma om lah". "Gak nyesel dong maen ma om". "Gak lah, tuntasin deh om, biar om
keluar juga". "Bener ni masi sanggup, kayanya Dina dah lemes banget gitu". "Harus dong om,
Dina dah berkali2 klimax masak om dibiarin ngegantung gini, namanya kan berbagi kenikmatan".
"Iya deh, ganti posisi lagi ya".

Dia duduk dikepala ranjangku, lalu aku disurunya duduk di pangkuannya sambil saling berhadapan.
digosok2kannya kontinya ke selangkanganku. "sshhh...uuuhh aku mulai mendesis desis.
Digesekkannya palkonnya sambil menentukan lokasi masuk yang pas, diturunkannya perlahan.
terasa kontinya udah masuk sebatas kepala, sedikit demi sedikit menaik turunkan badanku biar
ada tekanan dan perlahan kontinya sedikit demi sedikit masuk. "ssshhh om..."rintihku. Dia
mempercepat ritme goyangannya dan.....bless.. akhirnya kembali kontinya amblas kedalam mekiku.
"argghhhhh....sshhhhh....om", rintihku. Dia mendiamkannya sejenak sambil menikmati otot otot
mekiku , mekiku terasa berdenyut denyut menghisap kontinya, sungguh nikmat rasanya. dia
memelukku dengan erat, sedikit demi sedikit dia mengangkat pinggulku naik turun secara
perlahan. "sshhh ahhh...." kembali aku merintih ketika dia mempercepat goyangan pinggulku naik
turun. Dia mencium dengan mesra bibirku. permainan lidahnya pada rongga mulutku membuat aku
semakin agresif berinisiatif untuk goyang naik turun sendiri, sehingga dia mempunyai kesempatan
untuk meremas-remas tokedku dengan lembut dan sesekali-pilinnya putingku yang mengeras.

setelah 10 menit gerakanku semakin liar karena aku dah mau nyampe lagi, ruar biasa deh si om.
jepitan mekiku semakin kencang dan berdenyut denyut membuat dia juga mempercepat sodokan
kontinya ke mekiku. kedutan di mekiku tambah kencang, ini membuat aku menjadi semakin liar.
Kupeluk dia erat banget, rambutnya kujambak2 dan punggungnya kucakar2 saking nikmatnya. Dia
makin gencar mengenjotkan kontinya kluar masuk dan akhirnya "sshhh...Dina ..keluaaarrrr...om",
jeritku. "Om juga....sa...sayang...uuuhhh ssshhhh" dan crot...croot....cro otttt...terasa
semburan maninya di memekku dengan kenikmatan yang tiada tara.

untuk beberapa saat dan berangsur angsur kami mulai merasa lemas. Aku kecapaian bersandar ke
badannya. kembali dia menciumku, "Makasi ya sayang, om blon pernah ngerasain nikmatnya maen ma
abg kaya kamu gini. Meki kamu peret banget, kedutannya berasa banget deh. Kapan2 lagi yuk". Aku
cuma menggangguk dan senyum. Kami masi duduk berpangkuan, dia mengelus2 rambutku yang basah
karena kringet dan aku nyender ke dadanya. Romantis banget deh, kaya suami istri ja. "Kita
mandiyuk Din, bis itu kita jalan, kan mo beliin pakean buat kamu. Besok kamu skolah ya".
"Enggak om, ada rapat guru". "Ya udah, bis blanja en makan ketempat om yu, kamu nginep ja
dirumah om". "Mo ronde kedua ya om". "Iyalah, mau kan". Aku cuma menggangguk, demen banget deh
disayang2 gitu, rasanya cowokku gak seromantis si om. Kebayang ntar malem dirumahnya, pasti aku
dikerjain abis2an ma si om

Foto Indah Si Cewek Pemilik Toket Gede dan Bodi Semok Montok

Toket monster. Mungkin inilah kata yang pantas disematkan pada cewek ini. Toketnya super gede enak banget buat di kenyot/ Cewek lonte toge semok montok ini namanya Indah. Cocok banget buat body nya yang memang indah















Foto Cewek Toge Semok Montok Bikin Nafsu Membara

Membicarakan cewek toge yang semok dan montok memak ga ada habisnya. Selalu bikin kontol ngaceng dan bikin ngecrot. Nih gan foto cewek-cewek toge tersebut