Showing posts with label SPG Ngentot. Show all posts
Showing posts with label SPG Ngentot. Show all posts

Friday, August 31, 2012

Cerita Dewasa Ngentot Berniat Mau Bebaskan Sandera Malah Ngentot

Sebuah perampokan di bank membawa pengalaman baru bagi istri seorang pengusaha. Suaminya menganggap itu kejadian musibah biasa, tapi sang istri menyimpan itu sebagai suatu rahasia. Diikat menjadi satu dengan Satpam bank akhirnya membawa sensasi luar biasa.

Perampokan bersenjata di bank siang itu membawa pengalaman traumatik bagi Aris Hendrawan (35), seorang pengusaha mutiara. Siang itu ia bersama istrinya Kristin (30) berada dalam bank tersebut untuk sebuah transaksi keuangan perusahaan mereka.

Suasana bank cukup ramai, bersama para nasabah lainnya Aris dan Kristin mengantri menunggu layanan kasir. Tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.

Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.

“Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.

Ini perampokan, pikir Aris. Suasana sempat kacau penuh teriakan dan para nasabah berhamburan, Aris mengikuti beberapa nasabah yang lari ke lantai dua.

Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.

Aris dan enam nasabah dilantai dua tak berkutik ditodong senjata, mulit mereka ditempel lakban, sementara para nasabah di lantai dasar juga sudah sepi tak berani bersuara.

Kawanan rampok mengikat para nasabah. Ada yang tiga menjadi satu, ada yang dua menjadi satu, dan semua mulut mereka ditempel lakban.

Dari balkon dalam lantai dua, bisa melihat semua di lantai satu, tapi ia mendadak khawatir karena tidak melihat Kristin istrinya.

Seorang perampok menjaga di pintu, satpam yang berjaga di meja dalam juga tidak terlihat, hanya pakaiannya tergeletak di lantai, mungkin ia ditelanjangi rampok.

Dua kawanan rampok naik ke lantai dua untuk memeriksa letak brangkas diantar seorang wanita kasir yang ditodong pistol.

Aris mencoba bergeser ke ujung balkon, ia mencari Kritin.Aris lega, ternyata Kristin berada di sebuah lorong sempit menuju toilet. Aris meihatnya terikat menjadi satu dengan seorang lelaki tegap, ia pasti satpam bank, karena hanya mengenakan celana kolor dan kaos dalam.

Tubuh Kristin dan satpam itu terikat menyatu berhadapan dilakban melingkar dibagian pinggang dan dada. Tangan mereka juga diikat lakban ke belakang. Keduanya berbaring dilorong menyamping berhadapan, mulut masing-masing juga tertutup lakban.

Dalam suasana tegang itu, Aris melihat satpam dan Kristin terus berusaha melepas ikatan mereka dengan cara bergerak terus bersamaan untuk melonggarkan lilitan lakban.

Perampokan berjalan hampir satu jam, sampai akhirnya kawanan rampok berhasil kabur membawa jarahannya. Aris bersyukur, Kristin dan satpam bank akhirnya terlepas dari ikatan. Si satpam kemudian membantu nasabah lainnya sementara Kristin membuak ikatan Aris.

“Untung kita nggak diapa-apakan ya ma..,” kata Aris merangkul istrinya. Mereka kemudian pulang.

Chapter 2: Kasaksian Istri

Bagi Kristin, perampokan di bank itu menimbulkan trauma sesaat tetapi berakhir dengan sensasi seks yang selama ini tak pernah ia bayangkan.

Terikat di lorong sempit dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan lelaki lain membuat Kristin risih bukan kepalang, apalagi si lelaki hanya mengenakan kaos dalam dan celana kolor. Tapi perasaan itu terkubur lantaran takut yang dirasakannya melihat kawanan rampok bersenjata itu.

Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, Kristin melihat lelaki di depannya berhasil membuka lakban di mulutnya setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidahnya.

“Tenang bu.. saya Partodi satpam di bank ini. Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok. Sepertinya sekarang mereka sedang membongkar brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, ayo kita berusaha lepaskan ikatan ini bersama ya..,” kata satpam Partodi. Kristin mengangguk saja dan berharap upaya mereka berhasil.

Partodi kemudian melepaskan lakban di mulut Kristin dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Kristin sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

“Terus bagaimana caranya,” tanya Kristin menanyakan cara mereka melepaskan ikatan lakban di tubuh. Sepertinya sulit karena masing-masing tangan mereka terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut mereka berdempetan.

Partodi lalu menjelaskan pada Kristin bahwa sifat karet pada lakban dapat digunakan sebagai kesempatan mereka lolos dari ikatan. Caranya dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

“Kita masih punya kaki yang bebas bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,” kata Partodi. Ia segera mengubah posisi mereka dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Kristin berada di atas. Ini dilakukan Partodi agar Kristis tidak merasa berat jika Partodi yang berada di atas, sebab bobot Partodi yang tinggi besar tentu akan menyesah Kristin bila tertindih.

Posisi Kristin sudah di atas tubuh Partodi. Ia menuruti perintah Partodi dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh Partodi dengan menjejakkan kaki di lantai. Tapi rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Kristin menjejakkan kaki secara maksimal mekantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki Partodi di bawah kakinya.

Kristin terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Kristin naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi tak apa, pikir Kristin, demi usahanya menjejak kaki ke lantai. Lagi pula Partodi tak mungkin melihat pantatnya karena ia berada di bawah Kristin.

“Terus goyang bu.. sudah mulai longgar ikatannya,” Partodi berbisik pada Kristin. Entah mengapa kata-kata “goyang” yang dibisikan Partodi membuat Kristin risih. Ia baru sadar gerakannya berusaha melepas ikatan terkesan menjadi gerakan yang erotis.



Ia juga baru sadar kalau sejak tadi payudara 36Dnya terus menggerus dada Partodi, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh keduanya mulai mempengaruhi libido Kristin.

“Astaga.., bang Partodi. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,” Kristin berbisik balik ke Partodi saat merasakan sesuatu benda mengeras hangat terasa di bawah pusar Kristin. Penis Partodi rupanya ereksi setelah beberapa lama merasakan gesekan tubuh Kristin.

“Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu.. tapi saya pikir ini alami bagi lelaki, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,” Partodi agak gugup dan malu menyadari Kristin mengetahui penisnya mulai bangun.

“Ya sudah.. nggak apa-apa, asal bang Partodi jangan macam-macam ya..,” kata Kristin. Ia sadar tak bisa menyalahkan Partodi. Dan lagi benar apa Partodi bahwa itu sangat alami dan Kristin juga merasakan hal yang sama, ada kenikmatan menjalari tubuhnya setiap kali gerakan bergesek ia lakukan.

Pikirnya, perampokan bank yang menyebabkan mereka berdua berada dalam posisi terikat seperti itu, dan mereka harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

Kristin kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh Partodi dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.

Bagian perut Kristin sudah bisa menjangkau perut Partodi bagian atas, Kristin berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

“Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,” suara Partodi semakin parau. Tubuh Kristin yang terdorong ke atas membuat penis Partodi kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Kristin kini sudah diatas melewati ujung penisnya.

Kristin setuju dengan Partodi, mungkin gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.

Tapi gerakan ke bawah yang dilakukan Kristin justru membuat keadaan mereka berdua berubah. Pikiran masing-masing milau terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

“Enghhh..,” Kristin melenguh kecil. Ia merasakan ujung penis Partodi menyentuh CD yang dipakainya. Panis Partodi yang sudah sangat tegang terdoring keluar dari balik celana kolornya, lantaran gesekan membuat kolornya melorot. Kini, setiap gerakan Krsitin membuat koneksi ujung penis Partodi kian terasa mendorong-dorong CD Kristin. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Kristin yang terhalang CD.

Kristin terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuah gairah seksualnya terdongkrak naik. Lama-lama ia merasakan Cdnya membasah oleh cairan vaginannya sendiri. Apalagi, dari bawah Partodi juga terus bergerak berusaha melepaskan ikatan lakban ditanganya yang tertindih ke belakang. Hal ini membuat erotisme tersendiri dirasakan Kristin.

“Enghh.. ahhss..,” Kristin mendesah dan menghentikan gerakannya. Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis Partodi mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Kristin merasakan kepala penis Partodi sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

“Hmm.. bu, kenapa berhenti.. sudah hampir lepas ikatannya nih..,” Partodi terus bergerak berusaha melepas ikatan tangannya. Tapi ia juga merasakan penisnya sudah menyentuh kulit vagina Kristin secara langsung, karena sisi CD kristin yang membasah tergeser ke samping.

Kristin berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis Partodi. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu, Kristin tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.

Kristin mulai putus asa. Ia harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban itu sebelum penis Partodi mengakses lebih jauh vaginanya. Pikiran sadarnya masih berjalan dan menyadari sesaat lagi ia akan disetubuhi Partodi, dalam keadaan terpaksa begitu.

Konsentrasi Kristin gagal. Gerakan Partodi dari bawah membuat kepala penisnya mulai masuk membelah bibir vagina Kristin.

“Ough..,” Partodi tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penisnya menguak bibir vagina Kristin. Ia terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakannya membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Kristin.

Hal itu memberi sensasi kenikmatan pada Kristin, ia masih berusaha diam diatas tubuh Partodi sampai ada kesempatan menjejak kaki agar vaginanya menjauh dari penis Partodi. Kristin akhirnya berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai tentu akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis Partodi.

“Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang pasti sudah beristri kan?.” kata Kristin, wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Kristin serta kulitnya yang putih mirip dengan artis Mona Ratuliu.

“Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,” jawab Partodi, ia juga menjadi serba salah dengan posisi itu.

“Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,” kata Kristin dengan nafas berat.

“Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dilaporkan ke atasan saya apalagi polisi bu. Kalau kontol saya masuk ke pepek ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,” Partodi polos ketakutan.

“Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,” Kristin mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis Partodi menelan setengah penis itu.

Partodi agak hitam kulitnya, tapi wajahnya manis seperti artis Anjasmara, dan badannya kekar. Penis Partodi dirasakan Kristin lebih besar dan padat dari penis Aris suaminya. Kristin merasakan sensasi nikmat saat kepala penis Partodi terbenam di vaginanya.

“Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,” Partodi khawatir karena kini penisnya sudah mulai menyetubuhi Kristin.

“Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,” Kristin berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya, tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Kristin tak mungkin menaikkan tubuhnya.

“Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,” Kristin kembali diam tak bergerak, separuh penis Partodi yang dirasanya mebuat nafasnya semakin berat.

“Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk kontol saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh,” Partodi mengangkat pinggulnya dan pantatnya menjauh dari lantai agar tangannya bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh keduanya.

Partodi melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantatnya yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penisnya masuk lebih dalam ke vagina Kristin. Kristin sudah pecah konsentrasi, kini pikirannya hanya merasakan kenikmatan separuh penis Partodi yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul Partodi.

“Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,” Kristin semakin mendesah, kini pinggul Kristin melayani gerakan Partodi, ia malah berusaha agar penis Partodi terasa lebih dalam di vaginanya.

Tangan Partodi sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat Partodi bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ia justru membuak kancing-kancing baju Kristin dan meremasi payudara Kristin.

“Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,” Kristin semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu, kini bibirnya menyambut bibir Partodi, mereka berkecupan sangat dalam dan cukup lama.

Partodi meloloskan susu Kristin dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara Kristin, lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Kristin agar penisnya mengakses jauh vagina Kristin. Saat itu penisnya sudah bisa masuk utuh ke vagina Kristin, tangannya menekan dan meremasi pantan Kristin membuat Kristin semakin mendesis.

“Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,” Partodi bertanya sambil menahan kenikmatan digenjot Kristin. Ya pinggul Kristin sudah cukup lama menggenjot Partodi membuat penis Partodi bebas keluar masuk ke vagina Kristin.

“Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,” Kristin sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis Partodi, apalagi rangsangan Partodi secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

“Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh.. ouhsss..,” Partodi kemudian melepaskan ikatan tangan Kristin tapi membiarkan ikatan di pinnggang mereka tetap seperti semula.

“Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… akhhsss.. ouhh…,” tangan Kristin yang sudah bebas langsung merangkul leher Partodi dan keduanya kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Kristin semakin liar.

Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, Partodi membalik tubuh Kristin sehingga kini Kristin ditindihnya. Ia lalu menggenjot pantatnya membuat penisnya membobol vagina Kristin secara utuh. Cairan vagina Kristin menimbulkan bunyi kecilpakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis Partodi.

Kristin merasakan gerakan Partodi makin keras dan makin cepat mengakses vaginanya, kenimatan mulai memuncak di klitorisnya seolah mengumpul panas hingga bongkahan pantatnya. Ia mengimbangi gerakan Partodi dengan menggoyang pinggulnya.

“Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg…,” Kristin merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis Partodi yang terus menerus menghujam. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

“Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh..,” Partodi membenamkan seluruh penisnya ke vagina Kristin dan melepas spermanya menyembur dinding rahim Kristin sambil bibirnya langsung melumat bibir Kristin. Tubuh keduanya seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.

Beberapa saat setelah itu, Partodi lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang mereka. Mereka berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

“Emm.. bu.. maafkan atas yang bausn terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”

“Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,” Kristin memotong pembicaraan Partodi. Keduanya lalu berkenalan lebih jauh dan berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara mereka berdua.

Keduanya lalu berpisah, Partodi menolong membebaskan nasabah bank di ruang tunggu, sementara Kristin mencari Aris suaminya yang terikat di lantai dua. Kristin menjaga rahasia bahwa apa yang dilihat Aris dari lantai dua tak seperti yang sesungguhnya terjadi dan dinikmati olehnya.


Cerita Dewasa Ngentot Dapet Hadiah Ngentot Saat Ultah

Siang itu aku diajak temen2 skola makan2 di satu cafe deket skola, temenku itu ultah, maklum
bokapnya tajir jadi ada ja tu duit buat nraktir temen2 di cafe itu. disini tempat makannya
dibuat beberapa saung selaen ruang makan di bangunan utama. jarak antara gazebo2 sekitar 5
meter itu juga di batasi oleh kolam dan masing2 saung di kasih kerai dari anyaman rotan dengan
meja lesahan untuk makan nya. saung disini berdiri diatas kolam yang luas, makanya tempat ini
begitu asri dan udaranya segar. Karena makannya ramean, temenku milih saung yang paling ujung,
biar ada privacynya (sebenarnya biar gak di komplain pengunjung laen karena pastinya kalo abege
nanggung ngumpul bakal heboh banget). Makanan yang dipesan berlimpah ruah, kebanyakan kayanya
buat kita2 yang masi abege seragam biru putih gini, tapi ya biar ja, namanya juga di traktir,
tinggal ngisi perut semuatnya ja.

Aku melihat kearah saung laennya, gak banyak yang makan, cuman ada seorang bapak2 yang makan
ditemenin cewek abege, mo bbs kali abis makan. Kerai saung tu bapak dibiarin terbuka, biar
semilir angin kali ya. Pas aku melihat ke saung tu bapak, dia pun kebetulan sedang memandang ke
arahku. Wah ganteng banget orangnya, kumisan, dia senyum dan ngangguk ke arahku. Dah bawa cewek
masi ja jelalatan ngeliatin aku. Pemantes, ya aku senyum dan ngangguk juga, malah aku iseng
ngasi dadah ke si bapak, dan disambut dengan dadah juga. Temen cewekku nanya, "Siapa Din (by
the way aku Dina)". "Gak iseng aja, tu ada om2 ganteng banget". "Mana". "Tu disaung yang
sebelah kiri yang cuma berdua ma ceweknya". "Wuih gantengnya, aku mau tu nemenin makan". dasar
temeku itu memang kecentilan. "Pasti gak cuman makan tu". "Ya gak apa kan kalo abis makan trus
bbs. Udahannya pasti diblanja2in pakean". "Mangnya kamu suka diblanjain om2 ya, pantes baju
kamu keren2 semuanya". Temenku cuma cekikikan. KAmipun makan dengan riuh rendahnya, sesekali
aku noleh ke saung si bapak, dia masi ja memandangin aku, setiap pandangan kami amprokan dia
senyum dan kasi dadah, aku sambut ja dadahan sambil memberikan senyumku yang paling manis.

Setelah acara makan minum selesai, temen2ku berhamburan balik ke rumah masing2. Aku menunggu
semuanya jalan duluan. Temenku bisikin aku, "Tu om kok tinggal ndirian Din, abegenya mana".
"Gak tau aku kemana". "Tu om nungguin kamu kali Din". "Bisa aja kamu". "Ya udah samperin aja
Din, lumayan kan kalo kamu diblanja2in ma dia. Slamet berburu ya", kata temenku sembari
ninggalin aku nyusul temen2 laen yang dah ngelewatin saungnya si bapak. Waktu ngelewatin
saungnya si bapak, temeku yang kecentilan ngasi senyum dan dadah ke si bapak, si bapak nyambut
dengan senyuman, "Om yang itu namanya Dina, kesengsem Dina ngeliat om". Iseng banget deh
temenku itu. Waktu aku lewat saungnya, si bapak nyapa, "Din, dah mo pulang ya, Eh namanya Dina
ya, tadi temen kamu yang ngasi tau nama kamu. Nama yang cantik secantik orangnya". Aku memang
imut banget dengan tinggi 155 kulit putih bersih hidung mancung dan bibir tipis yang selalu
basah. mataku katanya seksi banget, kalo dipandang sepintas kayak artis popi bunga. Gombal
banget deh. "Iya om, Dina mo pulang, rasanya tadi om berdua deh". "Iya temen om dah balik
duluan". "Wah gak da temennya dong om". "Kan ada Dina, mo nemenin om gak". Aku diem aja, dia
malah megang tanganku dan menarik aku sehingga aku terduduk di saungnya. Agresif banget ni si
om. "Gak usah takut om jinak kok, nama om... (dia nyebutin namanya)" katanya sambil mengulurkan
tangannya. Kujabat tangannya, iseng dia nekuk telunjuknya dan ngilik2 telapak tanganku sembari
meremas tanganku. "Ih, om siang2 gini dah isng". "Mangnya iseng baru bole malem ya Din". Aku
senyum ja. "Dah selesai ya makan2nya, mo makan lagi ma om". "Makasi om. Dah kenyang banget."
"Kamu gak da acara, kita jalan yuk". Wah bener kata temenku, pasti mo ngajakin bbs Dia turun
dari saung, aku digandengnya. Seneng si digandeng ma om seganteng dia, kami menuju kounter
kasir dan dia membayar bonnya.

Kemudian aku digandengnya lagi menuju ke mobilnya di pelataran
parkir. Dia bukain pintu mobilnya dan aku masuk duduk di kursi penumpang depan. Dia menutup
pintu mobilnya pelan dan berjalan menuju pintu satunya, membukanya dan dia duduk disebelahku.
"Pake seatbeltnya Din, kalo gak ntar kudu nraktir polisi makan siang lagi". "Kok nraktir polisi
om". "Iya kalo kamu gak pake seatbelt trus dibrentiin ma polisi kan om kudu ngasi dia uang". "O
nyogok toh makud om". "Iya Din, biar urusannya gak bertele. Tau kan makenya." KArena aku
sedikit kerimpungan memasangkan kaitan seatbelt ketempatnya, dia membantuku. Ternyata
seatbeltnya membelit di ujungnya, sehingga dia membantu membetulkan belitannya, tangannya
dijulurkannya melewati dadaku ketika membetulkan belitannya. Gak tau sengaj pa enggak,
tangannya menggesek toketku, Aku kaget juga ketika toketku kgesek tangannya. Toketku si kecil
tapi ada lah, gak rata2 banget kaya anak seumuranku. "Montok juga kamu". Ternyata dia sengaja
menggesek toketku untuk tau sebrapa gedenya. "Ih si om, siang gini genit". "Tapi gak papa kan
kalo om genit". Setelah urusan seatbelt selesai,mobilnya meluncur meninggalkan tempat parkir,
menerobos kemacetan rutin.

"Dina mo pulang dulu deh ya om". "Lo kok, katanya mo jalan". "Iya tuker baju dulu, masak jalan
ma om pake seragam gini". "O gitu ya, tadinya om pikir kita beli pakean aja buat kamu dulu,
baru jalan". "Gak usah deh om, rumah Dina gak jauh kok". "Ntar sampe rumah gak bole lagi kamu
jalan ma om". "Dirumah gak da sapa2 kok om". Ortunya kemana". "kerja dua2nya, dirumah cuma ada
pembantu". "Sodaramu". "Dina anak tunggal kok om". "Wah manja dong ya". "Gak lah, tiap ari Dina
mandi kok om pagi sore". "Kok mandi.." Dia gak ngarti gurauanku. "Iya om, manja kan artinya
mandi jarang". "O..." dia tertawa, "asik juga ngobrol ma kamu". Mobilnya melaju kerumahku,
sesampenya dirumah aku turun dari mobil. Rumahku jaraknya dari rumah tetangga yang paling deket
50m jauhnya. karena posisi nya lebih deket dengan jalan raya sementara rumah2 disekelilingnya
lebih menjorok kedalam. "Yuk, om turun dulu, masak nunggu di mobil, kan om bukan sopirnya
Dina".

Aku membuka pager, trus membuka pintu rumah dengan kunci yang memang aku bawa kemana2. "Masuk
om, mo Dina ambilin minum? Dina gerah mo skalian mandi dulu". "Gak usah minum deh,alo mandi si
om mo ikutan". "Genit ah". Dia duduk di ruang tamu, aku mengambilkan segelas teh dan menaruh di
depannya. "silahkan di minum om". "makasih Din," jawabnya. aku duduk dan ngobrol apa aja dari
masalah dia sampai urusan pacar segala.

"Mangnya kamu dah punya pacar ya Din". Aku cuman ngangguk, "Kan dah udah kelas 3, bentar lagi
juga masuk smu" "mang sekarang umur kamu berapa Din?" Aku menyebut umurku. "Masi muda sekali
ya, mangnya gaya pacaran kamu kaya apa, paling cuma pegangan tangan ya Din". Aku gak sadar dia
mancing2 aku, dalam hati aku ngegerutu, sial dianggep masi sd kali aku. "kamu pernah di apain
aja ama pacar kamu". "rahasia dong" "malu ya critanya, masa sama om pakai rahasia2 segala".
aku terpancing dan crita kalo cowokku sering nyium dan juga suka di grepe2. Dia nguber terus,
"mang apanya yg di cium dan di pegang2 Din?" "ih si om kayak gak tau aja, ya bibirlah". "lalu
yang di pegang2 apanya". "yaa...anu...gimana ya", aku baru sadar kalo aku terpancing sama
omongannya. "Kok gak di lanjutin sih, masa sama om malu gitu sih." "Suka di elus elus paha dan
diremas remas toket Dina, tapi dari luarnya aja, geli". "Asik dong ya". "Om, Dina mo mandi dulu
ya, risih nih, bau keringat", kataku mengalihkan pembicaraan. "ya udah, sana mandi dulu biar
wangi". Aku masuk kamarku, persis dekat dengan tempat si om duduk. Pintunya cuma aku rapetin
aja, gak sampe ngelock, sehingga kalo ada angin bisa kebuka ndiri. Aku pengen tau ja si om
responsenya kaya apa.

Aku membuka lemari yang menghadap kearah pintu dan mengambil singlet tanpa lengan dan celana
pendek, juga bra en cd. Aku melepas kancing baju seragam satu persatu lalu melepaskannya
kemudian aku buka ikat pinggang dan resleting rok yang kemudian aku plorotin gitu aja. Kemudian
aku bercermin sambil megang2 toketku, gak lama kemudian aku melepas braku. walaupun toketku
belum begitu gede tapi bentuknya bulat kencang dan begitu putih bersih dan putingnya yang
berwarna pink belum begitu menonjol paling baru seberas ujung kelingking aja. terakhir aku buka
cdku. jembutku belum begitu kelihatan masih samar2. Aku berdiri didepan kaca yang nepel di
pintu lemari memandangi tubuhku.

Aku kaget juga ketika pintu kamar terbuka dan si om berdiri
disitu. Matanya berbinar-binar memandangi tubuhku yang bugil yang nampak sepenuhnya dari
bayangan di kaca di pintu lemari. "Katanya mo mandi Din, kok jadi mandangin badan ndiri, sexy
banget deh kamu, om jadi pengen nih", katanya sambil nendekat dan memeluk tubuhku dari
belakang. Karena malu tangan kananku menutupi toket dan yang kiri menutupi selangkanganku. "Dah
bugil gitu kok masi malu si", katanya lagi sambil membelai pinggiran tokedku, kemudian memilin
putingku yang mulai mengeras karena ulahnya. "Ooogghh.. sshh," rintihku.

Tubuhku dibaliknya
menghadap dirinya, dia membungkuk dan mulai mengisap putingku sambil jemarinya terus menari-nari
di toket kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya karena napsu mulai meland diriku. Lidahnya
menyapu seluruh permukaan tokedku dan melumat putingku secara bergantian. nafasku menjadi tidak
teratur. Kemudian dia jongkok didepanku dan mulai mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah
selangkanganku. "Meki kamu sexy banget Din", katanya sambil mengelus bibirmeki ku yang mulai
basah. "Dah napsu ya kamu, ampe basah gini". "Om si nakal, aaah", lenguhku lagi. Otot mekiku
terasa menegang ketika jarinya mulai merenggangkan bibir mekiku. Lalu jari tengahnya mengorek-
ngorek klitku. "Aaahh.. sshh.. mmhh", desahku untuk kesekian kalinya. Kemudian dia menjilat
klitku, lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget, palagi ketika lidahnya
mulai turun menyusuri daerah bibir mekiku.

Si om kemudian menarik aku ke tempat tidur, aku ditelentangkan di situ kakiku masih menjuntai
kelantai. Dia berbaring disebelahku, bibirku dilumatnya. Setelah sepuluh menit kami saling
berpagutan, kemudian lidahnya bergerak menuruni leherku sampai bibirnya hinggap di tokedku.
Kembali dia mengemut pentilku yang dah menjadi kencang. "om.. terus aachh.. ehmm.." desahku
keenakan. Kemudian dia semakin turun dan menghisap pusarku, aku tidak tahan diperlakukan
demikian. Eranganku semakin panjang. "Aaach.. geli aach.. om". Dia terus menghisap-hisap
pusarku lalu turun sampai di mekiku. Dielusnya jembutku yang halus, kemudian mulai menjilati
dan sesekali menghisap klitku. Aku mengangkangkan kakiku supaya dia mudah mengakses daerah
selangkanganku. "Aaacchh.. om terus achh.. enak.." Aku semakin menggelinjang, tanganku menarik
-narik sprei dan beberapa saat kemudian aku menjerit kuat. "Aaacchh.." Dari mekiku menyembur
lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung dia menghisapnya sampai habis. "Aaach
om.. acchh.." jeritku untuk kesekian kalinya. Hebat banget si om, cuma dijilatin ja aku bisa
nyampe, rasanya lebi nikmat diolah ma si om katimbang ma cowokku.

Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, aku tergeletak di atas ranjang. Dia tetep aja
mengutak-utik mekiku. Birahiku kembali bergelora. Nafasku kembali memburu ketika ujung jari
telunjuknya masuk ke dalam lipatan bibir mekikuku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan
dalamnya. "Hoohh.. om.. enak banget.." rintihku. tokedku yang rasanya telah membengkak
dijilatnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya
terus memilin-milin klitku. "Aaaghh.. terus.. jilatin om.." Dia berganti menjilati mekiku
sedangkan tangannya beralih meremas-remas tokedku yang berwarna kemerahan oleh hisap-
hisapannya. Aku gak tahan diperlakukan seperti itu sampe akhirnya aku nyampe lagi. "Om nikmat
banget deh, cuma dijilat dan dikilik ja Dina dah 2 kali nyampe. Om lebi hebat dari cowok Dina
deh". "Tadi katanya cuma dari luar, gak taunya..." katanya sembari senyum.

Si om melucuti seluruh pakaiannya. Kontinya sudah menegang sangat keras. Perkasa banget
kelihatannya. "Om masukin ya Din, dah pengen banget nih". Aku hanya menggangguk. Dia
menelungkup diatas badanku dan mengarahkan kontinya ke bibir mekiku. Walaupun dah pengen
banget, si om gak grusa grusu. Pala kontinya digesek2kannya di bibir mekiku dan disodok2kannya
pelan ke klitku. Napsuku kembali menggelora. "Om masukin aja, Dina dah pengen dienjot om". Dia
hanya tersenyum dan tetap aja menggesek2kan palonnya di klitku. Sampai akhirnya "Aaaggh!"
pekikku saat dia menekan kontinya masuk ke mekiku. Dikit demi sedikit dia mengenjotkan kontinya
pelan sehingga mengebor masuk mekiku sampai akhirnya Blees!! seluruh batangnya menjebol lubang
mekiku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika dia mulai mengocok liang mekiku keluar
masuk.

"enak banget meki kamu Din.. seret.. tapi siip.." bisiknya sambil terus memompa mekiku. Aku
mengeluarkan desahan dan rintihan birahi ketika dia mengenyot kedua tokedku gantian. kenikmatan
itu aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian
aku desakan dari dalem mekiku. "Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh.." pekikku. Dia
memompa mekiku semakin cepat sambil lidahnya semakin liar menjelajahi tokedku. Akhirnya aahh..,
lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar
selakanganku. Dia terus memompa dengan liar. "Din, nanti om keluarin didalem ya, gak papa kan".
Aku cuma mengangguk sambil merasakan kenikmatan yang baru saja melanda tubuhku.

Tiba2 dia menghentikan enjotannya dan mencabut kontinya dari dalam mekiku. "Kok udahan om, kan
om blon kluar, katanya mo dikeluarin didalem", protesku karena saat itu aku mulai enjoy lagi
merasakan enjotannya yang liar. Aku ditariknya bangundan disurunya nungging dipinggir ranjang.
Dia berdiri dibelakangku dan mengarahkan kontinya ke mekiku yang masi menganga lapar.
"Aaacchh!!" lenguhku ketika dia kembali menusukkan kontinya ke mekiku. Langsung saja dia
mengocok mekiku maju mundur, sambil kedua tangannya dengan gemas meremas-remas toketku dari
belakang. "Aduuh om.. terus.. ah.. nikmat sekali..rasanya Dina dah ingin keluar lagi om,
aduuh.. nikmatnya, terus..yang cepat.. om.. aduh Dina nggak tahan ingin keluar.." aku
menceracau tak karuan saking nikmatnya. "Cepet amat Din, om ja blon ngarasa mo kluar".

"Nikmatnya banget si om". beberapa saat kemudian tubuhku menegang dan sur.. suurr lendir
kenikmatanku berhamburan membasahi selangkangan kami, kemudian menetes membasahi seprei. Aku
lemes banget jadinya, sampe aku nelungkup dikasur, kontinya tercabut dari mekiku, masi sangat
keras dan perkasa. Dia membiarkan aku nlungkup dikasur untuk memberi kesempatan aku
mendinginkan gejolak akibat napsu dan rasa nikmat yang luar biasa. "Om hebat banget deh, Dina
dah berkali2 nyampe om blon kluar2 juga". "Nikmat kan Din?" "Banget". "Mana nikmat ma cowok
kamu?" "Nikmat ma om lah". "Gak nyesel dong maen ma om". "Gak lah, tuntasin deh om, biar om
keluar juga". "Bener ni masi sanggup, kayanya Dina dah lemes banget gitu". "Harus dong om,
Dina dah berkali2 klimax masak om dibiarin ngegantung gini, namanya kan berbagi kenikmatan".
"Iya deh, ganti posisi lagi ya".

Dia duduk dikepala ranjangku, lalu aku disurunya duduk di pangkuannya sambil saling berhadapan.
digosok2kannya kontinya ke selangkanganku. "sshhh...uuuhh aku mulai mendesis desis.
Digesekkannya palkonnya sambil menentukan lokasi masuk yang pas, diturunkannya perlahan.
terasa kontinya udah masuk sebatas kepala, sedikit demi sedikit menaik turunkan badanku biar
ada tekanan dan perlahan kontinya sedikit demi sedikit masuk. "ssshhh om..."rintihku. Dia
mempercepat ritme goyangannya dan.....bless.. akhirnya kembali kontinya amblas kedalam mekiku.
"argghhhhh....sshhhhh....om", rintihku. Dia mendiamkannya sejenak sambil menikmati otot otot
mekiku , mekiku terasa berdenyut denyut menghisap kontinya, sungguh nikmat rasanya. dia
memelukku dengan erat, sedikit demi sedikit dia mengangkat pinggulku naik turun secara
perlahan. "sshhh ahhh...." kembali aku merintih ketika dia mempercepat goyangan pinggulku naik
turun. Dia mencium dengan mesra bibirku. permainan lidahnya pada rongga mulutku membuat aku
semakin agresif berinisiatif untuk goyang naik turun sendiri, sehingga dia mempunyai kesempatan
untuk meremas-remas tokedku dengan lembut dan sesekali-pilinnya putingku yang mengeras.

setelah 10 menit gerakanku semakin liar karena aku dah mau nyampe lagi, ruar biasa deh si om.
jepitan mekiku semakin kencang dan berdenyut denyut membuat dia juga mempercepat sodokan
kontinya ke mekiku. kedutan di mekiku tambah kencang, ini membuat aku menjadi semakin liar.
Kupeluk dia erat banget, rambutnya kujambak2 dan punggungnya kucakar2 saking nikmatnya. Dia
makin gencar mengenjotkan kontinya kluar masuk dan akhirnya "sshhh...Dina ..keluaaarrrr...om",
jeritku. "Om juga....sa...sayang...uuuhhh ssshhhh" dan crot...croot....cro otttt...terasa
semburan maninya di memekku dengan kenikmatan yang tiada tara.

untuk beberapa saat dan berangsur angsur kami mulai merasa lemas. Aku kecapaian bersandar ke
badannya. kembali dia menciumku, "Makasi ya sayang, om blon pernah ngerasain nikmatnya maen ma
abg kaya kamu gini. Meki kamu peret banget, kedutannya berasa banget deh. Kapan2 lagi yuk". Aku
cuma menggangguk dan senyum. Kami masi duduk berpangkuan, dia mengelus2 rambutku yang basah
karena kringet dan aku nyender ke dadanya. Romantis banget deh, kaya suami istri ja. "Kita
mandiyuk Din, bis itu kita jalan, kan mo beliin pakean buat kamu. Besok kamu skolah ya".
"Enggak om, ada rapat guru". "Ya udah, bis blanja en makan ketempat om yu, kamu nginep ja
dirumah om". "Mo ronde kedua ya om". "Iyalah, mau kan". Aku cuma menggangguk, demen banget deh
disayang2 gitu, rasanya cowokku gak seromantis si om. Kebayang ntar malem dirumahnya, pasti aku
dikerjain abis2an ma si om

Foto Cewek Toge Semok Montok Bikin Nafsu Membara

Membicarakan cewek toge yang semok dan montok memak ga ada habisnya. Selalu bikin kontol ngaceng dan bikin ngecrot. Nih gan foto cewek-cewek toge tersebut


Thursday, August 30, 2012

Cerita Dewasa Ngentot Asiknya Ngentot dengan Keponakan Bos

Aku kerja di satu perusahaan ekspor impor. Bosku punya keluarga di negaranya Obama, katanya sih kakaknya. Mungkin si kakak ini membantu bisnis si bos di amrik sana. Satu hari bos manggil aku, "Ponakanku mo liburan ke bali. Kamu urusin segala sesuatunya ya. Kalo kesana sekalian aja kamu urus kerjaan dari kancab disana. Budgetnya sekian (dia menyebutkan angkanya, buat aku sih besar sekali tu angka)". Aku kaget juga, si bos royal amat, buat ponakan libur aja dia mau keluar dana sebesar itu. Namanya bawahan, ya diem aja, malah beneran kan aku bisa ikut libur di sana walaupun masih tetep aja disuru kerja. "Kamu pilih hotel yang bagus aja, kamu bole nginep disana juga. Bikin Ayu hepi ja", Wah rupanya ponakan bos yang mo dateng prempuan toh, lebih asik lagi deh. Pada harinya Ayu landing di airport, ya akulah yang ngejemput. Ayu baru aja lulus high school disana, baru aja masuk kuliah, tingkat freshman (pake istilah sekolah sana untuk taun pertama) katanya. Anaknya cantik juga, pastinya masih abege lah. Toketnya lumayan montok, kelihatan dari tonjolan ranum didadanya dibalik kaos ketat yang dipakenya. Bodinya langsing, pantatnya montok juga, merangsang kalo melihat pantatnya ngegeyol sesuai irama jalannya. Kebetulan dia pake jins ketat juga. Dia cantik walaupun kulitnya sawomatang.

 Anaknya asik dan mudah akrab dengan aku. Maklumlah aku memang biasa ngerayu cewek2 abege, dia seneng kelihatanyya ketika aku gombali. "Ay, kapan mo brangkat ke balinya". "Lusa deh om". Wah dipanggil om neh, ya biarlah, aku memang jauh lebih tua dari dia. "Kata om .... (dia nyebut nama bosku), om nanti yang atur semuanya buat ayu ya". "Iya tu, aku yang disuru. Ayu maunya gimana disananya, nanti arrangement disesuaikan dengan keinginan Ayu". "Di amrik kan aty tinggal di Denver, Colorado. Itu di rocky mountain area, jadi surroundingnya cuma gunung aja dan ada ski resort di aspen, ternama di sana". "Jadi...", aku memotong pembicaraannya, dia crita juga aku gak bisa bayangin, blon pernah ke sana. "Jadi ya om jangan arrange pergi ke gunung2. Ayu pengen di beach aja". "Oke, gini aja. Gunung di bali kan beda ma di colorado, di bali justru kebudayaannya ada di gunung. Makanya dah jauh2 libur ke bali masak gak liat kebudayaannya. Lusa kan baru Kemis, aku juga mesti ngurus kerjaan kantor juga. Mungkin Ayu ikutan tour liat kebudayaan Bali dulu sehari ato dua hari. Nanti kalo dah weekend, aku bisa nemenin Ayu santai di beach. Ato kalo mo ke Lombok juga boleh, disana beachnya lebi bagus dari di bali". "Oke deh, om yang atur aja. Ayu mesti sowan ke om ... (bosku) dulu kan barang sehari, baru brangkat ke bali. Berdua aja om brangkatnya". "Ya enggaklah, ramean". "Sama sapa lagi". "Kalo terbang cuma berdua itu namanya naek pesawat pribadi, ini kan kita naek airlAyu (aku sebutkan namanya, gak ditulis disini biar gak dibilang promosi terselubung). Kalo cuma nerbangin kita berdua apa gak bangkrut tuh airlAyu". Ayu terpingkal mendengar guyonanku, "Ih si om jail, katanya sembari mencubit pinggangku. "Eh brani ya cubit2, baru juga kenal". "Kalo protes nanti Ayu laporin ke om lo". "Jangan ntar aku di pehaka, gak kasian ma aku", "Becanda kok om". Begitulah sembari becanda, mobil yang kukendarai sampailah di kantor. Ayu segera bercipika cipiki dengan om nya. Aku segera meng arrange hotel dan tiket untuk Ayu dan aku, serta minta approval untuk pengeluaran dana bagi Ayu. Itu urusan orang finance lah yang mengatur pengurusan pengeluaran uangnya. Lusanya, Ayu dah siap pada waktunya. Tiket pesawat, voucher hotel dah siap, dana bisa diminta di kancab bali. Perjalanan ke sana gak masalah, Ayu sudah ku cek in kan di hotel, aku dah menggarange tour dari hotel, sehingga untuk 2 hari ini aku gak perlu pusing ngurusin dianya. Biaya tour nanti ditagihkan bersama bill hotel ke kancab bali. Aku bisa konsentrasi dikerjaanku. Rupanya tournya gak mau merugikan tamunya, acara baru selesai setelah selesai acara malemnya yang berupa dinner sambil nonton tari barong yang sakral itu. Sampe di hotel Ayu dah teler berat, "Gimana Ay". "asik si om, tempat yang didatengin bagus2 deh, makanannya enak ya, Cuma padet banget, Ayu mo bobo neh". "Besok sehari lagi Ay, baru kamu bisa santai on the beach". Hari kedua pun padet acaranya, ya gak apalah. aku juga ngebut ngerjain semua kerjaan yang mesti aku kerjain di kancab supaya weekend ini aku gak diganggu kerjaan lagi.

Sabtu paginya, aku jumpa Ayu ketika breakfast. "Om acara hari ini apa". "Ya have fun lah di beach. Kamu mo apa, bungee jumping, para saling, snorkeling. Kalo diving kudu ikutan kursus dulu, jadi makan waktu". Ya udah om semua ja kecuali diving. Kalo snorkeling pake kursus gak". "Cuma diajari sbentar gimana napas lewat mulut aja, kan ngambang pake pelampung". "Oke om, siap". Abis makan aku mengantarkan Ayu menikmati aktivitas pantainya. Hari itu Ayu memakai celana pendek dan tanktop ketat. Bodinya yang asik bener2 mrangsang berahi aku, palagi dia dari kecil tinggal di amrik sono, jadi gak masalah dengan pake pakean yang serba terbuka. "Kok gak pake bikini Ay". "Kan gak mo sunbathing kan. Kalo sunbanthing baru Ayu pake bikini. Disini gak bole topless ya om". "Di hoetl sih gak apa kali, kalo dipantai ditonton orang nanti. Bule 2 banyak yang topless tuh". "ah cuek ja". Ayu have fun bener dengan aktivitasnya, sampe2 dia lupa lunch. Gak laper katanya. aku ya cari makanan yang bisa aku makan sambil nungguin Ayu beraktivitas. semua biaya aktivitas aku gesek ja di kartu kredit. Aku dah minta plafond kartu kreditku dinaikkan sesuai perkiraanku. selama Ayu berada di bali, aku lampirkan jaminan dari kantor sehingga langsung di approve. Nanti aku reimburse semua pengeluaran di kancab, sesuai dana yang sudah diapprove kantor pusat. Sorenya kita balik ke hotel. Ayu bilang dia mo santaidi kolam renang, dia balik ke kamar untuk ganti pakean yang udah basah kuyup dengan bikini. aku nunggu dia dikolam renang. Karena dah sore, kolam gak rame, tapi kita masi boleh pake kolam renang sampe kapanpun, tanpa batas waktu.

Ayu muncul di kolam dengan bikininya. Seksi sekali, toket montoknya dilapisi dengan bra bikini yang berbentuk segitiga dan ditaliin ke belakan lehernya dan punggungnya. Kemontokan toketnya gak bisa disembunyikan dibalik bra bikini yang minim itu. Cd bikiniknya juga berbentuk kaen segitiga yang ditalikan dikirikanan pinggangnya. "ay kamu asik banget deh bodinya". "Om suka gak ngeliatnya", "Suka banget Ay, palagi kalo..." Sengaja aku gak nyelesaiin omonganku. "Kalo apa om". "enggak ah, ntar Ayu tersinggung lagi", sengaja aku tidak menjawab pertanyaannya untuk membuat dia penasaran. Bener aja, "Om kalo apa sih". "Gak ah ntar marah lagi, ntar aku dilaporin ke om kamu, di pehaka jadi akunya nanti". "enggak deh, ayo dong om, kalo apa". "Bener gak marah". "Bener, suer deh, ayo dong om kalo apa". Ayu makin merengek manja, seneng aku melihat abege kalo dah merengek2 manja gitu, pengen kugelutin aja deh rasanya. "Bener ya janji", "Iya om, bener, janji, suer", katanya sambil menunjukkan jari tengah dan telunjuknya seperti orang kalo disumpah (bukan disumpahin lo). "Palagi kalo .... Ayu telanjang". "Ih si om ngeres banget deh", katanya sambil tertawa dan menyubut pinggangku. "Bener mo lihat Ayu telanjang?" "Mau banget Ay, dimana". "Ih segitu ngebetnya sih. Mangnya om belon pernah ngeliat prempuan tlanjang?" "Belon Ay, suer deh, makanya jadi penasaran pengen ngeliat ayu tlanjang". Ayu nyebur kekolam dan brenang mondar mandir. Aku segera menyusulnya. Dipinggir kolam kembali aku mendesak Ayu, "bener nih aku boleh lihat Ayu telanjang". "Ayu cuma senyum2 ja, sekarang gantian dia yg bikin aku penasaran. "ayu dah sering telanjang depan lelaki ya". "Om sok tau ah". "depan cowok kamu ya Ay, bule ya". Ayu cuma mengangguk. "Enak dong ma bule". "enak apanya om", "Kan itunya gede, panjang lagi". "Gak tau ah", Ayu meninggalkan aku brenang lagi.

Aku mulai usil, beberapa kali toketnya sengaja kugesek dengan lengannya. Ayu kembali tersenyum membiarkan. Aku makin berani, toketnya malah dirabanya. "Ay, kamu napsuin deh", kataku to the point. "Masak sih mas napsu ngeliat Ayu". "Iya lah Ay, toket kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya", kataku sambil langsung meremes toketnya. "Om...", keluhnya. Kami main2 dikolam sampe lewat magrib, akupun dengan napsunya meremas2 toketnya terus. Ayu membalas dengan meremas kon tolku. Terasa kon tolku sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongku. "Om besar sekali", bisiknya. "Mau ngerasain Ay, memangnya punya cowok bule kamu gak besar". "Besar sih om, tapi katanya punya orang Indonesia kecil, nih punya om gede banget, segede cowok Ayu punya". Karena sudah gelap, kami balik ke kamar masing2, aku ikut ke kamarnya yang ada connecting doornya dengan kamarku. Sengaja aku pesan 2 kamar dengan connecting door, dan sudah kubuka dari kararku, sehingga kalo connecting door dibuka dari kamar Ayu, bisa langsung masuk ke kamarku. Selama Ayu ikut tour aku sengaja gak membuka connecting doornya karena dia kan dah cape ikut tour seharian, Aku duduk di balkon kecil yang menghadap ke laut, sementara ayu mandi. Selesai mandi Ayu mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Aku membuka connecting door dan masuk kamarku, aku hanya membilas badanku dan mengganti celana gombrongku. Karena makan malem diselenggarakan di pantai, jadi tamu bebas pake pakean apa aja, asal gak tlanjang. Kita langsung menuju ke tempat makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan becanda2.

selesai makan aku ngajak karaokean. Aku minta private room untuk berdua Ayu aja. Di ruang karaoke, kami nyanyi2 bergantian. Aku mengelus2 pahanya terus. Paha Ayu kukangkangkan. Ayu jadi menggeliat2 karena rabaanku pada paha bagian dalam, "Aah", erangnya, karena napsuku mulai naik. "Kenapa Ay, napsu ya", katanya. "Tangan om nakal sih", katanya terengah. "Abis kamu napsuin sih", jawabku dengan tetap ngelus2 pahanya, elusanku makin lama makin naik ke atas. Kini tanganku mulai meraba dan meremes selangkangannya dari luar celana pendeknya, Ayu semakin terangsang karena ulahku, "Ayu jadi napsu nih", bisikna. Bosen karaoke, aku minta dvd bokep sama operator karaoke dan memutarnya. Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi. Aku kembali menggerayangi toketnya. Seetlah beberapa lama aku berbisik, "Kekamar aja yuk Ay". Ayu ikut saja ketika tangannya kutariknya, sambil berpelukan kita menuju ke lift, naek kekamar Ayu. Di kamar aku mematikan lampu kamar. Suasana remang2 karena hanya disinari lampu dari kamar mandi. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dari pintu ke balkon yang kubiarkan terbuka, terasa sekali2 ada angin membelai badan.

Aku dan Ayu berbaring di ranjang. Aku terus meremas-remas gundukan di selangkangannya. Ayu merespon dengan gerakan pinggul yang menekan-nekan tanganku. Perlahan-lahan celana pendeknya kubuka, Ayu mengangkat pantatnya supaya celana itu mudah dilepaskan. jariku mulai menelusuri CDnya. Aku meremas kembali gundukan yang kini hanya terlindung oleh cd. Kemudian jariku menguak cdnya dari samping. Jari tengahku dengan trampil mencari belahan no noknya. Jari tengahku mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingnya yang lebat. Sampai akhirnya mendarat di it ilnya. Daging kecil itu sudah mengeras. Aku segera berkosentrasi pada bagian itu. Ayu tidak mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jariku di it ilnya. Ayu makin erat memelukku dan aku makin intensif memainkan jariku di it ilnya. Ayu tidak bisa memperkirakan berapa lama jariku bermain di it ilnya.

Akhirnya ayu mengejang. Ayu nyampe. "Om, belum apa2 Ayu dah nyampe. Hebat ih permainan jari om. Apalagi kon tol om ya", kataku terengah. "Mau ya ngerasain kon tol om". "Mau banget om, Ayu pengen ngerasain dien tot orang Indonesia. Kayanya bakalan nikmat ya om, sekarang ja baru dikilik it il Ayu dah klimax gini, gimana kalo dien tot". Aku mengangkangkan pahanya dan mulai menjilati paha itu, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil kugigit2 pelan. Ayu menggigil menahan geli saat lidahku menyelisuri pahanya. "Om pinter banget ngerangsang Ayu, udah biasa ngerangsang cewek ya", katanya terengah. CDnya yang minim itu dengan mudah kulepas, demikian pula bra bikininya dan tak lama kemudian lidahku menghunjam ke no noknyayang sudah sangat basah. Ayu hanya pasrah saja atas perlakuanku, ayu hanya bisa mengerang karena rangsangan pada no noknya itu. Lidahku menyusup ke dalam no noknya dan mulai bergerak keatas. Ayu makin mengejang ketika aku mulai menjilati i tilnya. "Ayu sudah pengen dien tot", dia mengerang saking napsunya. Aku menghentikan aksiku, kemudian memeluknya dan mencium bibirnya dengan napsu. Lidahku menerobos bibirnya dan mencari lidahnya, segera ayu bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutnya. Pelukanku makin erat. kon tolku yang sudah ngaceng berat, mengganjal diperutnya.

Tanganku mulai bergerak kebawah, meremas pantatnya, sedang tanganku satunya masih ketat mendekapnya. Ayu menggelinjang karena remasan dipantatnya dan tekanan kon tolku yang ngaceng itu makin terasa diperutnya. "Aah", lenguhnya sementara bibirnya masih terus kukulum dengan penuh napsu juga. Lidahkukemudian kukeluarkan dari mulutnya, bibirnya kujilati kemudian turun ke dagunya. Tanganku bergeser dari pantatnya ke arah no noknya, "Aah", kembali ayu mengerang ketika jariku mulai mengilik no noknya. Lidah kuarahkan ke lehernya, kujilati sehingga ayu menggeliat2 kegelian.

Sementara itu jariku mulai mengelus2 no noknya yang sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilnya sasaran berikutnya. Kugerakkan jari memutar menggesek i tilnya. Ayu menjadi lemes dipelukanku. "Ay, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe", kataku sambil mengangkangkan pahanya lagi. Aku membuka celana, sekaligus dengan cd. kon tolku yang besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Ayu kutarik bangun kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang. Aku memposisikan diri dibelakangnya, punggungnya kudorong sedikit sehingga ayu menjadi lebih nungging. Pahanya kugeser agar lebih membuka. Ayu menggelinjang ketika merasa ada yang menggesek2 no noknya. no noknya yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kon tol besarku dengan lebih mudah.

Kepala kon tolku sudah terjepit di no noknya. Terasa sekali kon tolku sesek mengganjal di selangkangannya. "Aah, gede banget kon tol om", erangnya. Aku diam saja, malah terus mendorong kon tolku masuk pelan2. Ayu menggeletar ketika kon tolku masuk makin dalam. Dia merasakan nikmat banget rasanya kemasukan kon tolku yang besar itu. Pelan2 aku menarik kon tol keluar dan kudorong lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kon tolku makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan kon tolku nancep semua di no noknya. "Aah, enak banget kon tol om", jeritnya. "no nokmu juga peret banget Ay. Baru sekali aku ngerasain no nok seperet no nokmu", kataku sambil mengenjotkan kon tolku keluar masuk no noknya. "Huh", dengusnya ketika merasa kon tolku nancep semua di no noknya. Terasa biji pelerku menempel ketat di pantatnya. no noknya terasa berdenyut meremes2 kon tolku yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tanganku yang tadinya memegang pinggulnya mulai meremes toketnya dengan gemes. Ayu menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kon tol makin kupercepat.

Tubuhnya makin bergetar merasakan gesekan kon tolku di no noknya. "Enak , enjotin yang keras, aah, nikmatnya", erangnya gak karuan. Keluar masuknya kon tolku di no noknya makin lancar karena cairan no noknya makin banyak, seakan menjadi pelumas kon tolku. Aku menelungkup dibadannya dan mencium kuduknya. Ayu menjadi menggelinjang kegelian. Toketnya kulepaskan dan aku menarik wajahnya agar menengok ke belakang, kemudian bibirnya segera kucium dengan napsunya. Lidahku kembali menyusup kedalam mulutnya dan membelit lidahnya. Tanganku kembali meneruskan tugasnya meremes2 toketnya. Sementara itu, kon tol tetep kuenjot keluar masuk dengan cepat dan keras. jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatnya ketika kon tolku nancep semuanya di no noknya. Ayu menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatku untuk makin gencar mengenjot no noknya. Pantatnya mulai bergerak mengikuti irama enjotan kon tolku. Pantatnya makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kon tolku sehingga rasanya kon tolku nancep lebih dalem lagi di no noknya. "Terus , enjot yang keras, aah nikmat banget deh dien tot om, lebih nikmat dari dien tot cowokku om", erangnya. Aku makin seru saja mengenjot no noknya dengan kon tolku. Ayu tersentak. Perutnya terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa.

Bibirnya kembali kulumat, ayu membalas melumat bibirku juga, sementara gesekan kon tolku pada no noknya tetep saja terjadi. Akhirnya ayu tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, no noknya mengejang dan "Ayu nyampe aah", teriaknya. no noknya berdenyut hebat mencengkeram kon tolku sehingga akhirnya, kon tolku mengedut mengecretkan peju sampe 5 semburan. Terasa banget pejuku yang anget menyembur menyirami no noknya. kon tol terus kuenjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejuku. Napasnya memburu, demikian juga napasku. "Ay, gak apa2 kan aku ngecret didalem no nok kamu", katanya. "Gak apa2 kok om, Ayu punya obat biar gak hamil". kon tolku terlepas dari jepitan no noknya sehingga terasa pejuku ikut keluar mengalir di pahanya. Aku segera berbaring diranjang. "Ay, nikmat banget deh no nok kamu, peret dan empotannya kerasa banget", katanya. "Om sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ayu nikmat. ", jawabnya.

Aku bangun dan masuk kamar mandi. Aku membersihkan diri karena sejak abis berenang di laut aku cuma bilas badan aja, belum mandi, sementara ayu masih saja telentang di dipan menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja dia rasakan. Aku keluar dari kamar mandi, duduk disampingnyau yang terkapar telanjang bulat. "Kamu bener2 napsuin deh Ay, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi", kataku. Ayu hanya tersenyum mendengar ocehanku. "Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya," kataku lagi. Aku berbaring disebelahnya dan memeluknya, "Ay, aku pengen lagi deh", kataku. Ayu kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi. Aku mulai menciumi lehernya dan lidahku menjilati lehernya. Ayu menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirnya segera kucium, lidahku kembali menyusup kedalam mulutnya dan membelit lidahnya. Sementara itu aku mulai meremes2 toketnya dengan gemes. Aku melepaskan bibirnya tetapi lidahku terus saja menjilati bibir, dagu, leher dan akhirnya toketnya. pentilnya yang sudah mengeras kujilati kemudian kuemut dengan rakus. Ayu menggeliat2 karena napsunya makin memuncak juga. "Aah, om napsu banget sih, tapi ayu suka banget. Cowok ayu kalo dah ngecret ya udah", erangnya. toketnya yang sebelah lagi kuremes2 dengan gemes. Jari2ku menggeser kebawah, keperutnya. Pusernya kukorek2 sehingga ayu makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutnya kuelus2, tidak lama karena kemudian jariku menyusup melalui jembutnya mengilik2 no noknya. Pahanya otomatis dikangkangkan untuk mempermudah aku mengilik no noknya. "Aah", ayu melenguh saking nikmatnya. Aku membalik posisi sehingga kepalaku ada di no noknya, otomatis kon tolku yang sudah ngaceng ada didekat mukanya. Sementara aku mengilik no nok dan it ilnya dengan lidahku, kon tolku diremes dan dikocok2nya hingga keras banget. Kepalanya mulai dijilati dan diemut pelan, lidahku makin menekan2 it ilnya sehingga pantatnya terangkat dengan sendirinya.

Enggak lama ayu mengemut kon tolku sebab aku segera membalikkan badankudan menelungkup diatasnya, kon tol kutancapkan di no noknya dan mulai kuteken masuk kedalam. Setelah nancep semua, aku mulai mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirnya kembali kulumat dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kon tolku mengisi seluruh ruang no noknya sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Ayu menggeliat2kan pantatnya mengiringi enjotan kon tolku itu. Cukup lama aku mengenjotkan kon tolku keluar masuk, tiba2 aku berhenti dan mencabut kon tolku dari no noknya. Aku duduk di kursi yang ada didekat ranjang, ayu kuminta untuk duduk dipangkuanku mengangkang diantara kedua kakiku. Aku memeluknya dengan erat. Ayu sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kon tolku yang masih ngaceng itu masuk ke no noknya. Ayu menurunkan badannya sehingga sedikit2 kon tolku mulai ambles lagi di no noknya. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kon tolku mendesak masuk no noknya sampe nancep semuanya. Jembutku menggesek jembutnya dan biji pelerku terasa menyenggol2 pantatnya. Ayu mulai menaik turunkan badannya mengocok kon tolku dengan no noknya. Aku mengemut pentilnya sementara ayu aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. "Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi", erangnya sambil terus menurun naikkan badannya mengocok kon tolku yang terjepit erat di no noknya. no noknya mulai berdenyut lagi meremes2 kon tolku, gerakannya makin liar, ayu berusaha menancepkan kon tolku sedalam2nya di no noknya sambil mengerang2. Akumemegang pinggulnya dan membantu agar ayu terus mengocok kon tolku dengan no noknya. Ayu memeluk leherku supaya bisa tetep mengenjot kon tolku, denyutan no noknya makin terasa kuat. aku melenguh saking nikmatnya, "Ay, empotan no nokmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari". Akhirnya ayu gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan "Ayu nyampe, aah", teriaknya dan kemudian ayu terduduk lemas dipangkuanku. Aku belum ngecret juga, ronde kedua membuat aku bisa ngen tot lebih lama. "Cape Ay", tanyaku tersenyum sambil terus memeluknya. "He eh", jawabnya singkat.

Pelan aku mengangkat badannya dari pangkuanku sehingga ayu berdiri, kon tolku lepas dari jepitan no noknya. kon tolku masih keras dan berlumuran cairan no noknya. Kembali ayu kuminta nungging diranjang, doyan banget aku dengan doggie style. Ayu sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat dia. aku menjilati kuduknya sehingga ayu menggelinjang kegelian, perlahan jilatanku turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulnya. Otot perutnya terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Aku terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatnya, kuciumi dan kugigit pelan. Apalagi saat lidahku mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatnya. Dia keGelian. Jilatanku turun terus kearah no noknya, kakiya kukangkangkan supaya aku bisa menjilati no noknya dari belakang. Ayu lebih menelungkup sehingga pantatnya makin menungging dan no noknya terlihat jelas dari belakang. Aku menjilati no noknya, sehingga kembali ayu berteriak2 minta segera dien tot, "nakal deh om, ayo dong Ayu cepetan dien totnya". Aku berdiri dan memposisikan kon tolku dibibir no noknya dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Aku mulai mengenjot no noknya dengan kon tolku, makin lama makin cepat. Ayu kembali menggeliat2kan pantatnya mengimbangi enjotan kon tolku dino noknya. Jika aku mengenjotkan kon tolku masuk, ayu mendorong pantatnya kebelakang sehingga menyambut kon tolku supaya nancep sedalam2nya di no noknya. toketnya berguncang2 ketika aku mengenjot no noknya. Aku meremes2 toketnya dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk. "Terus om, nikmat banget deh", erangnya lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu ayu mengganti gerakan pantatnya dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kon tolku. Dengan gerakan memutar, it ilnya tergesek kon tolku setiap kali aku mengenjotkan kon tolku masuk. Denyutan no nokku makin terasa keras, akupun melenguh, "Ay, nikmat banget empotan no nok kamu".

Akhirnya kembali ayu kalah, ayu nyampe lagi dengan lenguhan panjang, "Aah nikmatnya, Ayu nyampeee". Otot perutnya mengejang dan ayu ambruk ke ranjang karena lemesnya. Ayu kutelentangkan di ranjang dan segera aku menaiki tubuhnya yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahanya kukangkangkan dan segera aku menancapkan kembali kon tolku di no noknya. kon tolku dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena no noknya masih licin karena cairan yang berhamburan ketika ayu nyampe. aku mulai mengenjotkan lagi kon tolku keluar masuk. Ayu hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kon tolku. Aku terus mengejotkan kon tolku dengan cepat dan keras. Aku kembali menciumi bibir, leher dan dengan agak membungkukkan badan aku mengemut pentilnya. Sementara itu enjotan kon tolku tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Ayu agak sulit bergerak karena aku dalam posisi agak menindih badannya, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama aku mengen totinya sejak pertama tadi. Aku menyusupkan kedua tanganku kepunggungnyadan menciumnya lagi. kon tolku terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutnya mengejang lagi, ayu heran juga kok cepet banget dah mau nyampe lagi dien tot aku. Ayu mulai menggeliatkan pantatnya, diputar2 mengimbangi enjotan kon tolku. no noknya makin mengedut mencengkeram kon tolku, pantatnya terkadang terangkat menyambut enjotanku yang keras, sampe akhirnya, "terus om, yang cepet, Ayu udah mau nyampe lagi", teriakku. Aku dengan gencarnya mengenjotkan kon tolku keluar masuk dan, "Aah Ayu nyampe lagi", ayu berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejuku yang kuat di no noknya. Akupun ngecret dan ambruk diatas badannya. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 ayu karena ayu udah nyampe 3 kali sebelum aku akhirnya ngecret dino noknya. " Om kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama om. Kapan om ngen totin Ayu lagi", katanya. Aku tersenyum mendengar sanjungannya. "Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. no nok kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku en tot", jawabnya memuji. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur.

Paginya aku terbangun karena aku memeluknya. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain kon tolku lagi keluar masuk no noknya. "Ay, aku pengen ngerasain empotan no nok kamu lagi ya, boleh kan", kataku. aku lalu berbaring telentang di ranjang, lalu ayu mulai jongkok di atasku dan menciumi nya, tanganku mengusap-usap punggungnya. Bibirku dikulum, "Hmmmhh... hmmhhh..." aku mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahku, ayu mulai bergerak ke bawah, menciumi dagu, lalu leherku. Diciuminya dadaku. "Hmmmhhh... aduh Ay enak .." rintihku. Aku terus mendesah sementara ayu mulai menciumi perutku, lalu pusarku, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , kon tolku yang sudah kon tolku yang ngaceng berat dipegang dan dikocok2, "Ahhhhh... Hhhh....Hmmhmh... Ohhh..." aku cuman bisa mendesah doang. kon tolku langsung dikenyot-kenyot, sementara aku meremas-remas rambutnya saking enaknya, "Ehmm... Ehmm..." Mungkin sekitar 5 menitan dia ngemut kon tolku, kemudian ayu bilang, "sekarang giliran om yach?" Aku cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan ayu sekarang yang ganti tiduran. Aku mulai nyiumin bibirnya, kemudian lehernya sementara tanganku meraba-raba toketnya dan kuremasnya. "Hmhmhhm... Hmhmhmh..." ganti ayu yang mendesah keenakan. Apalagi ketika aku menjilati pentilnya yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilnya bergantian, aku mulai menjilati perutnya. Aku langsung menciumi no noknya dengan penuh napsu, otomatis pahanya mengangkang supaya aku bisa mudah menjilati no nok dan i tilnya. "Ahh.. Ahhhh..." ayu mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali terdengar "slurrp... slurrp..." aku menyedot no noknya yang sudah mulai basah itu.

"Ahhhh... Enak ...", desahannya semakin keras saja karena merasa nikmat. Napsunya sudah sampe ubun2, aku ditarik untuk segera menancapkan kon tol besarku di no noknya yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kon tol, katanya. Pelan-pelan aku memasukkan kon tolku kedalam no noknya. dengan satu enjotan keras aku menancapkan seluruh kon tolku dalam no noknya. "Uh... uhhh....aahh...nikmat banget" desahnya ketika aku mulai asyik menggesek-gesekkan kon tolku dalam no noknya. Ayu menggoyang pinggulnya seirama dengan keluar masuknya kon tolku di no nokku. Aku mempercepat gerakanku. Gak lama dienjot ayu sudah merasa mau nyampe, "Ah...Ayu sepertinya mau... ahhh..." aku malah mempergencar enjotan kon tolku dino noknya, "Bareng nyampenya ya Ay, aku juga dah mau ngecret", kataku terengah. Enjotan kon tol makin kupercepat saja, sampe akhirnya, "Ayu nyampe aah", badannya mengejang karena nikmatnya, terasa no noknya berdenyut2 meremas kontolku sehingga akupun menyodokkan kon tolku dengan keras, "Ay, aku ngecret aah", terasa semburan pejuku yang deres dino noknya. aku terkapar lemes diatas badannya, demikian pula ayu.

Cerita Dewasa Ngentot Berawal Ngintip Rok SPG Berakhir Ngentot

Panggil saja nama samaranku adalah Shinta. Tubuhku berkulit Putih mulus dengan tinggi 168 cm, orang bilang wajahku mirip arti Ayu Ting Ting. Dengan kecantikanku ini banyak teman temanku sekampus yang tergila gila padaku tapi semuanya tidak ku perdulikan karena aku hanya konsentrasi pada pelajaran kuliah.
Cerita ini bermula ketika Perusahaan expor-impor milik ayahku mengalami kebangkrutan karena selisih mata uang Dolar dan rupiah begitu tinggi sehingga ayahku menanggung hutang ratusan juta rupiah pada rekanan bisnisnya.Karena tak kuat menanggung stres akibat tekanan, ayahku meninggal dunia karena Hypertensi akut. Rumah dan 2 mobil kami terpaksa dijual untuk melunasi hutang hutang tersebut.Aku dan Ibuku ahirnya pindah kerumah kontrakan dengan sisa uang yang ada untuk modal hidup.Hal ini merupakan pukulan berat bagiku Karena dari kecil aku sudah terbiasa hidup senang dan mewah tetapi aku berusaha untuk berdaptasi.Dengan terpaksa Sementara waktu aku hentikan dulu kuliahku karena aku harus kerja untuk menambah pendapatan.Dengan modal wajah yang cantik plus body yang putih mulus aku dapat diterima sebagai SPG di perusahaan otomotif ternama di Jakarta. Di sini aku mempunyai teman akrab sesama SPG bernama Selly, orangnya juga cantik dengan tubuh tinggi semampai seperti Pragawati.Kami berdua sangat dikenal oleh para karyawan karena selain ramah juga pintar memikat pelanggan agar membeli kendaraan mewah yang kami promosikan, Sebagian besar mereka adalah para pria Pengusaha, apalagi dengan baju seragam ketat dan di padu dengan rok mini yang menampakkan keindahan kaki kami sampai keatas lutut menjadi daya tarik utama setiap stand pameran otomotif. Sebenarnya aku cukup risih juga dipandangi oleh para pembeli tetapi terpaksa kulupakan karena itulah cara kami menjual Mobil mewah.

Diantara para SPG memang sering kudengar dari cerita Selly bahwa banyak diantaranya yang berlaku negatif yaitu selain mempromosikan barang otomotif juga bersedia diajak kencan oleh para Pembeli. Selly pun mengakui bahwa dirinya juga pernah melakukanya untuk menambah penghasilan, tapi hanya pelanggan tertentu saja yang ia layani. Aku hanya geleng geleng kepala mendengarnya karena selama ini aku tak berminat mencampuri urusan orang maka aku tidak memperdulikannya, yang penting aku tidak terbawa oleh arus mereka. Setelah beberapa bulan bekerja, musibah kedua menimpa kami lagi, Ibuku yang sudah tua mendadak kambuh lagi penyakit ginjalnya, kali ini lebih parah karena sudah lama tidak kontrol kesehatan lagi. Menurut dokter ibuku harus segera menjalani operasi ginjal dalam minggu ini atau tidak ada harapan lagi bila ditunda. Yang membuatku jadi pusing adalah masalah biayanya yang besar. Seluruh tabunganku yang ada hanya cukup untuk biaya rumah sakitnya saja sedang untuk operasinya masih butuh belasan juta rupiah. Hal ini aku ceritakan pula pada Selly teman baikku siapa tahu dia dapat menolongku.

“Biaya operasi ibumu memang tinggi sekali, aku tak punya uang banyak untuk membantumu, tapi cobalah minta bantuan om Liem direktur perusahaan kita bekerja, karena dia pernah juga membantuku.” ujar Selly memberikan solusinya. Om Liem memang direktur pemilik perusahaan otomotif tempatku bekerja orangnya agak gemuk pendek WNI keturunan usianya 50-an, dengan pakaianya selalu rapi dan necis. Sebenarnya Aku paling tidak suka menjumpai orang ini, walaupun sudah tua tapi matanya selalu jelalatan bila melihat para karyawati SPGnya yang menggunakan seragam promosi yang ketat dan Rok mini yang tinggi, bahkan dia pernah dengan sengaja meraba pahaku ketika berpapasan dengannya di ruang ganti pakaian tapi segera kutepis dan kutinggal pergi.

“Silahkan Masuk..!” terdengar suara dari balik pintu yang kuketuk… , eeh… Shinta, silahkan duduk Shinta… Tanpa ragu akupun duduk dikursi tamu yang berhadapan dengan meja kerja Om Liem yang mewah.
“ada yang bisa kubantu… ?” tanya Om liem sambil menatap nakal kearahku. Aku jadi agak gugup dan sedikit berkeringat. Tanpa membuang waktu aku ceritakan masalahku untuk meminjam uang untuk biaya operasi ibuku sebesar 20 juta rupiah. Sejenak kulihat Om Liem berdiam diri, tapi kulihat lagi dia tersenyum licik sambil menatap tubuhku dalam dalam.
“Mhmmm..itu hal yang mudah, kamu bisa dapatkan uang itu tanpa harus meminjam… tapi harus ada imbalannya… “kata Om Liem sambil berkedip nakal.
“Saya tidak mengerti, imbalan apa yang Om Maksudkan ?” kataku agak serius.
“Begini, Om Liem akan berikan uang sejumlah itu tanpa meminjam, tetapi sebagai imbalannya beri aku keperawananmu.”kata Om Liem singkat sambil tersenyum kurang ajar. Aku tertegun tak percaya mendengar permintaannya, benar benar ******* siTua ini umpatku dalam hati.
“Aku tidak bersedia..!” kataku ketus sambil berdiri dan keluar dari kantornya.
“Aku menunggumu bila berubah pikiran Shinta… !” selintas masih sempat kudengar suara Om Liem sebelum pergi… dasar *******, kataku lagi. Dirumah kutumpahkan semua kekesalanku dengan menangis sepuas puasnya, sepertinya aku tak punya pilihan lagi, bila tidak segera dioperasi ibuku akan meninggal tapi dipilihan lain aku harus menyerahkan keperawananku pada Bandot licik yang mengincar keindahan tubuhku. Tak ada cara lain untuk mendapatkan uang sebesar itu, Demi kesembuhan ibuku ahirnya kuputuskan untuk menjumpai Om Liem lagi keesok harinya. Dengan memakai seragam SPG dan rok mini yang ketat, jam 10 pagi aku datangi lagi ruangan kantor Om Liem.

“he..he… he… akhirnya kau datang juga Shinta cantik, apakah kau sudah siap melayaniku diranjang..he.he..he..?” Om Liem tertawa penuh kemenangan. Aku hanya diam saja menerima ejekan itu.
“Baiklah, Om Liem bisa menikmati tubuhku setelah kupastikan ibuku di operasi hari ini..”jawabku dengan berat hati.
“Oke, No Problem “Om Liem menuliskan selembar cek dengan nominal sesuai yang ia janjikan kemarin kemudian didepanku dia menelpon rumah sakit untuk memastikan operasi hari ini.Segera aku masukan cek itu kedalam tas kecilku, aku memang membutuhkannya.
“Semuanya sudah beres, sekarang kau tepati janjimu nona cantik, mari ikut aku..”kata Om Liem sambil menggandengku keluar ruangan.
“*******… kali ini engkau menang.!” kataku dalam hati sambil mengikutinya masuk kedalam kemobil. Om Liem ternyata membawaku kesebuah hotel terkenal di Jakarta pusat. Sepertinya Om Liem sudah sering datang kemari, Setengah ketakutan aku melangkah masuk kehotel tersebut. Debaran jantungku semakin kencang ketika Om Liem menggandengku menuju kamar VIP dilantai lima. Beberapa pasang mata pegawai hotel nampak menatap kami, mungkin aneh dipandang seorang gadis muda cantik berjalan digandeng lelaki tua bangka menuju kamar hotel mereka pasti sudah tahu apa yang akan terjadi pada gadis cantik itu… ahh terlalu beruntung situa ini dapat kuda tunggangan yang aduhai. Aku terpaku diam berdiri didepan pintu kamar 508 yang sudah dibuka Om Liem, rasanya aku ingin segera lari dari tempat ini.

“Ayo masuk Shinta.., kita selesaikan urusan kita.”kata Om liem sambil menarik lenganku dan menutup pintu kamar Hotel. Begitu pintu terkunci Om Liem Langsung memelukku merapat ketembok, rupanya napsunya sudah tak tertahankan lagi melihat kemulusan kulit tubuhku. Aku sedikit berontak ketika Tangan Om Liem mulai meraba pahaku yang putih, Mataku melotot marah padanya. Hampir saja kutampar wajahnya yang klimis itu.
“Ingat perjanjian kita Shinta, keinginanmu sudah aku penuhi.. sekarang aku bebas menikmati keindahan tubuhmu.!” kata Om Liem sambil kembali mengangkat rok miniku sehingga menampakan kemulusan pahaku lalu menjamahinya. ..oughhhh..aaahh.. entah kemana keangkuhan dan kesombonganku selama ini, Kali ini aku tak berdaya melawannya, aku memang sudah terikat perjanjian itu dan tubuhku saat ini adalah miliknya. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika kurasakan tangan Om Liem mulai rajin menyusuri pahaku sampai kepangkal atas.. aah, Rasanya aku ingin menagis saja tapi air mataku tak ada yang keluar.

“ooh… aahhhh… “suara napasku tak sanggup lagi kutahan ketika tangan Om liem mulai menyusup kedalam celana dalamku dan bermain disana. Om Liem tersenyum senang melihat Shinta tampak pasrah dalam pelukannya. Selama ini Shinta selalu angkuh bila didekatinya bahkan pernah mempermalukannya dihadapan para SPG yang lain. Setelah puas menjamahi selangkanganku, Om Liem lalu melepasku dan mengajakku berjalan kedalam ruang Utama yang lebih luas. Sambil berjalan mengikutinya aku merapikan kembali Rok miniku yang mulai acak acakan akibat jamahan Tangan Om Liem. Kulihat Sebuah Ranjang yang besar dan mewah di tengah ruangan ini.
“Kamu tunggu disini dulu, aku mau minum Viagra biar bisa menjebol gawangmu.”kata Om Liem Sambil berkedip nakal. Aku memalingkan muka pura pura tidak mendengar perkataannya. Begitu Om Liem pergi Aku segera membuka tas kecilku, dari dalam tas itu kukeluarkan sebutir pil kontrasepsi yang sudah aku persiapkan dari rumah dan segera menelannya karena aku tak mau hamil akibat perbuatan Om Liem. Tampaknya Om Liem sudah biasa menyewa kamar hotel ini, Tak berani kubayangkan sudah berapa banyak gadis muda cantik yang sudah digarapnya diranjang itu. Temanku Selly yang cantikpun pernah cerita bahwa dirinya juga pernah digarap Om Liem disebuah kamar hotel bintang lima beberapa kali. Selera Om Liem Cukup tinggi pada perempuan cantik. Aku meletakkan tasku diatas meja kecil ketika kulihat Om Liem Yang bertubuh gemuk pendek mendekatiku.

“Aku Sudah siap mejebol perawanmu nona cantik ..he..he”kata Om Liem sambil mulai memelukku, tangannya meraba payudaraku yang membusung kencang. Aku tak mampu menghindar lagi ketika mulutnya dengan bernapsu melumat lumat bibir merahku. Perasaan geli, jijik dan takut bercampur menjadi satu. Tapi ******* ini memang sudah sangat berpengalaman menaklukkan wanita. Tangannya kini makin berani menyusup ke dalam baju ketat lengan pendek yang kupakai, terus bergerak menyusup kebalik BH-ku, beberapa kancing bajuku lepas. Degub jantungku bertambah kencang dan napasku makin memburu ketika kurasakan tangan kasarnya mulai menggerayangi dadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan puting susuku. Aku hanya mandah saja ketika Om Liem mulai menjamah tiap jengkal tubuhku, aku sudah terikat perjanjian. Sambil menyupangi leherku yang putih bersih tangannya mulai menaikkan rok mini yang kupakai sambil meraba-raba pahaku yang jenjang dan mulus. Satu-persatu kancing bajuku dipretelinya tanpa dapat kucegah sehingga BH-ku yang berwarna merah muda, belahan dada, dan perutku yang rata nampak jelas menantang. Tanganku tak mampu menutupinya lagi. Melihat payudaraku yang kencang itu Om Liem makin bernafsu, dengan kasar BH itu dibukanya lepas dan menyembul lah payudaraku yang putih mulus dengan puting susu berwarna merah mu

“wah..tubuhmu memang benar benar mulus dan indah Shinta.., sungguh beruntung aku dapat menikmatinya… he..he..” mata om liem melotot memandangi buah dadaku. Secara reflek tanganku berusaha menutupi payudaraku yang terbuka itu tetapi Om Liem yang sudah berpengalaman langsung menangkap kedua tanganku dan membentangkannya lebar lebar. Mataku terpejam tak sanggup menahan malu, selama ini belum pernah ada laki laki yang berani menjamahku karena aku sangat galak menjaganya, tapi kali ini aku tak berdaya menolaknya. Tubuhku mengelinjang gelinjang menahan birahi karena cumbuan Om Liem pada dadaku, secara bergantian Om Liem menghisap hisap kedua puting susuku yang kenyal itu bagaikan bayi yang kehausan.

“oohh… oohhhh… ooohhhhhh”suara rintihanku tak dapat lagi kutahan. Bandot tua ini benar benar pintar merangsangku. Kemaluanku mulai terasa basah dibuatnya. Perlahan kurasakan Om Liem mulai membuka resleting rok miniku dan melorotkannya kebawah, tak lama celana dalamkupun menyusul lepas sehingga tubuhku yang indah sudah tak tertutup selembar benangpun. Aku mengeluh pasrah ketika Om Liem mendorongku hingga jatuh terlentang diatas kasur. Sambil berjalan mendekat dia melepas pakaiannya satu persatu. Setelah dia membuka celana dalamnya tampak olehku kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Gila.., ternyata penisnya besar juga, aku tak berani menatapnya. Dibentangkannya kedua belah pahaku di depan wajahnya. Tatapan matanya sangat mengerikan saat memandangi daerah selangkanganku yang ditubuhi bulu bulu halus, seolah-olah seperti monster lapar yang siap memangsaku. Om Liem membenamkan wajahnya pada selangkanganku, dengan penuh nafsu dia melahap dan menghisap hisap vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan klitorisku. Aku terpekik pekik kecil dibuatnya, Bandot tua ini benar benar ingin menikmati kecantikan tubuhku luar dalam. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang geli diiringi erangan nikmat yang terpaksa. Sampai akhirnya kurasakan otot tubuhku mengejang dahsyat, aku mencapai orgasme pertamaku. Cairan vaginaku tak dapat lagi kubendung.

“Sluurrpp… sluurpp.. sshhrrpp..” demikian bunyinya ketika Om Liem menghisap sisa-sisa cairan Vaginaku.
“Cairan Orgasme gadis perawan adalah resep awet mudaku selama ini..”kata Om Liem tersenyum puas.
“Luar biasa Nikmatnya Vaginamu, sekarang saatnya kau nikmati pula penisku ini Shinta..”kata Om Liem sambil menyodorkan batang penisnya yang tegang ke muka ku.
“Jangan… aku tak mau… !” kataku sambil berusaha menolak batang kemaluannya tapi Om Liem mengancam dan terus memaksakan penisnya masuk kemulutku sambil terus memaju-mundurkan penisnya di mulutku. Pada awalnya aku tetap menolak, namun dia menahan kepalaku hingga aku tidak dapat melepaskannya. Terpaksa kuturuti pula kemauannya kuhisap kuat kuat penisnya hingga matanya merem melek kenikmatan .Harga diriku benar benar jatuh saat ini, Aku dipaksa melayaninya dengan Oral. Tak terasa sudah 15 menit aku mengkaraoke Om Liem, Penisnya sudah semakin besar dan keras, dia mengakhirinya dengan menarik kepalaku.
“Sekarang saatnya Aku pecahkan perawanmu Shinta..”kata Om Liem sambil menindih tubuhku dan membuka lebar-lebar kedua pahaku . Aku memejamkan mata menunggu detik-detik ketika penisnya menerobos vaginaku. Menyadari kalau aku masih perawan, Om Liem tak hanya melebarkan kedua pahaku. Namun dengan jari jemari tangannya Om Liem kemudian membuka kedua bibir vaginaku, kemudian dengan perlahan dipandunya batang penisnya yang sudah tegang kearah lubang vaginaku yang sudah terbuka.Setelah dirasa tepat, perlahan Om Liempun menekan pantatnya kebawah.

“Auuw ..Akhh… auuww..! ” Aku memekik kesakitan sambil meronta ketika batang penis Om Liem mulai memasuki lubang kewanitaanku. Keringatku bercucuran membasahi tubuhku yang telanjang bulat, Keperawananku yang selama ini kujaga mulai ditembus oleh Om Liem tanpa sanggup kucegah lagi. Aku meronta ronta kesakitan… Om Liem yang sudah berpengalaman tak ingin serangannya gagal karena rontaanku segera tangan menahan pantatku, lalu dengan cepat, ditekan pantatnya kembali kedepan sehingga separuh batang kelakiannya pun amblas masuk kedalam Vaginaku.
“Aakkhhh… !” Aku memekik kesakitan bersamaan dengan jebolnya keperawananku. Hancur sudah kehormatanku ditangan bandot tua itu. Sesaat aku masih meronta ronta pelan, namun karena pegangan kedua tangan Om liem dipantatku sangat kuat hingga rontaanku tiada arti. Batang penis terus menerobos masuk mengkoyak koyak sisa sisa Perawanku. Tangisanku mulai terdengar lirih diantara desah napas Om Liem yang penuh birahi.Tubuhku yang putih mulus kini tak berdaya dibawah himpitan tubun Om Liem yang gendut.Sesaat Om Liem mendiamkan seluruh batang penisnya terbenam membelah Vaginaku sampai menyentuh rahimku, perutku terasa mulas dibuatnya.

“ha..ha..ha… tak perlu menangis nona cantik, kau sudah kuperawani saat ini, lebih baik nikmati saja ******ku ini.” ejek Om Liem sambil mulai menggoyang pantatnya maju mundur perlahan. Penis Om Liem kurasakan terlalu besar menusuk Vaginaku yang masih sempit, setiap gesekan penis Om Liem menimbulkan rasa nyeri yang membuatku merintih rintih, tetapi buat Om Liem terasa nikmat luar biasa karena Penisnya tercepit erat oleh memek Shinta yang masih rapat dan baru ditembus perawannya. Inilah nikmatnya makan gadis perawan muda yang selama ini membuat Om Liem jadi ketagihan. Semakin lama batang Penis Om Liem Semakin lancar keluar masuk menggesek Vaginaku karena cairan pelumas Vaginaku mulai keluar secara alamiah, rasa sakit dikemaluanku semakin berkurang, rintihanku perlahan mulai hilang berganti dengan suara napas yang berirama dan terengah engah. Tua bangka ini ternyata memang pintar membangkitkan nafsuku. hisapan hisapan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Bagai manapun juga aku adalah manusia normal yang juga punya napsu birahi, sadar atau tidak aku mulai terbawa nikmat oleh permainannya, tak ada guna menolak. lebih baik kunikmati saja perkosaan ini.

“Ooooh… , oooouugh… , aahhmm… , ssstthh!” .erangan panjang keluar dari mulutku yang mungil. akhirnya aku biarkan diriku terbuai dan larut dalam goyangan birahi Om Liem. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, kubayangkan yang sedang mencumbui tubuhku ini adalah lelaki muda idamanku. Penisnya kini mulai meluncur mulus sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Bandot tua yang sudah merenggut kehormatanku. Darah perawanku kurasakan mulai mengalir keluar membasahi seprai dibawah pantatku. Rasa sakitku kini mulai hilang. Sambil bergoyang menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya melumat bibir dan pentil susuku, tangannyapun rajin menjamahi tiap lekuk tubuhku sehingga membuatku menggeliat geliat kenikmatan .Rintihan panjang ahirnya keluar lagi dari mulutku ketika mulai mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhku yang polos itu sehingga kulitku yang putih bersih kelihatan mengkilat membuat Bandot itu semakin bernapsu menggumuliku. Birahi Om Liem semakin menggila melihat tubuhku yang begitu cantik dan mulus itu tergeletak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang cukup besar itu. Sungguh ironi memang, gadis muda secantik aku terpaksa mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihku, akan tetapi dengan orang asing yang sedang memperkosaku. Tanpa memberiku kesempatan beristirahat Om Liem merubah posisi bersetubuh. Tubuhku ditariknya duduk berhadapan muka sambil mengangkang pada pangkuannya, Dengan sekali tekan penis Om Liem yang besar kembali menembus vaginaku dan terjepit erat dalam liang kewanitaanku, sedangkan tangan kiri Om Liem memeluk pinggulku dan menariknya merapat pada badannya, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penis Om Liem menerobos masuk ke dalam kemaluanku. Tangan kanan Om Liem memeluk punggungku dan menekannya rapat-rapat hingga kini pinggulku melekat kuat pada pinggul Om Liem .

“Ouughh..oohhh… ooohhhh… “Aku merintih halus ketika kurasakan batang penis Om Liem amblas seluruhnya hingga menyentuh rahimku. Rintihanku semakin keras saat Bandot itu mulai melumati buah dadaku sehingga menimbulkan perasaan geli yang amat sangat setiap kali lidahnya memyapu nyapu puting susuku . Kepalaku tertengadah lemas ke atas, pasrah dengan mata setengah terkatup menahan kenikmatan yang melanda tubuhku sehingga dengan leluasanya mulut Om Liem bisa melumati bibirku yang agak basah terbuka itu. Setelah beberapa saat puas menikmati bibirku yang lembut dia mulai menggerakkan tubuhku naik turun.
“Hmm… Jepitan Memekmu sungguh nikmat sekali Shinta… beda dengan perempuan lain yang sering aku setubuhi… “suara Om Liem sayup sayup kudengar ditelingaku.Aku tak memperdulikannya lagi, saat ini tubuhku tengah terguncang guncang hebat oleh goyangan pinggul Om Liem yang semakin cepat. Terkadang Bandot ini melakukan gerakan memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Aku dipaksa terus mempercepat goyanganku karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakannya makin liar dan eranganku pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks kedua itu sampai, aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yang kuperoleh walaupun bukan dengan lelaki muda dan tampan. Walau pun sudah tua tapi Om Liem masih mampu menaklukan gadis muda sepertiku. Kali ini dia membalikkan badanku hingga posisi tubuhku menungging lalu mengarahkan kemaluannya diantara kedua belah pahaku dari belakang. Dengan sekali sentak Om Liem menarik pinggulku ke arahnya, sehingga kepala penis tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluanku. “Oooooouh… ouuuhhgh!” untuk kesekian kalinya penis laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginaku dan Om Liem terus menekan pantatnya sehingga perutnya yang gendut itu menempel ketat pada pantat mulusku. Selanjutnya dengan ganasnya Om Liem memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan penisnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vaginaku yang masih rapat itu. Inilah pengalaman pertamaku dijamah oleh laki laki yang sudah sangat berpengalaman dalam bersetubuh, Walaupun berusaha bertahan aku ahirnya kewalahan juga menghadapi Om Liem yang ganas dan kuat itu. Bandot tua itu benar-benar luar biasa tenaganya.

Sudah hampir satu jam ia menggoyang dan menyetubuhiku tetapi tenaganya tetap prima. Tangannya terus bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat lelaki seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, mungkin karena sebelumnya dia sudah minum obat kuat Viagra, aah… entahlah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting aku sudah melunasi perjanjianku dengan menyerahkan kegadisanku sebagai imbalan uang yang kubutuhkan. Aku pasrah saja ketika tubuhku kembali di terlentangkan Om Liem diatas kasur dan digumulinya lagi dengan penuh birahi. Rasanya tak ada lagi bagian tubuhku yang terlewatkan dari jamahannya. ******* itu ternyata tidak mau rugi sama sekali, kesempatan menyetubuhiku itu dimanfaatkan sebaik mungkin, Tak henti hentinya Om Liem melahap kedua buah dadaku yang terguncang-guncang terkena hentakan batang kemaluannya. Dengan rakus disedot-sedotnya puting susuku dengan kuatnya yang kiri dan kanan bergantian, mataku terpejam pejam dibuatnya, sungguh Om Liem menikmati puting susuku yang baru tumbuh itu dengan bernapsu. Tidak lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai melenguh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua payudaraku diremasnya dengan brutal sampai aku terpekik. Setelah itu dia nenekan penisnya dalam dalam hingga batang kemaluannya terbenam seluruhnya sampai menyentuh rahimku. aku berteriak kesakitan dan berusaha meronta tetapi Om Liem membekap bibirku dengan mulutnya sambil tangannya memeluk rapat pinggangku sehingga aku tak mampu bergerak lagi. Sambil meleguh panjang Om Liem menembakkan air maninya kedalam rahimku dengan deras tanpa ada perlawanan lagi dariku. Beberapa saat kemudian suasana jadi hening senyap hanya suara napas Om Liem terdengar naik turun diatas tubuhku yang masih menyatu dengan tubuhnya. Aku sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi dan kurasakan maninya menyembur nyembur hangat memenuhi rahimku, semoga saja aku tidak hamil pikirku dalam hati. Beberapa saat kemudian Om Liem mulai bangkit dan mencabut kemaluannya dari tubuhku, dengan senyum kepuasan karena telah berhasil menikmati kecantikanku luar dalam. Tanganku segera bergerak selimut untuk menutupi tubuhku yang polos itu.

“Tak perlu kau tutupi lagi tubuhmu itu, aku sudah tahu dan merasakan semuanya… he..he… “Om Liem masih sempat mengejek sambil meninggalkanku terbaring lemas di atas ranjang, aku diam saja tak perduli ejekannya mentalku masih mengalami shok berat akibat kehilangan keperawanan. Vaginaku masih terasa sakit akibat paksaannya bersetubuh. Bercak bercak darah perawanku mulai mengering disela sela pahaku yang putih bercampur dengan sperma Om Liem yang menetes keluar dari dalam kemaluanku.
“Benar benar *******… lelaki tua itu” kataku geram dalam hati. Air mataku jatuh menetes membasahi pipiku, tapi apa yang harus disesalkan, semuanya telah terjadi sesuai dengan kesepakatan yang kubuat.Tubuhku kini telah ternoda. Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, dengan selimut yang melilit ditubuhku aku memunguti kembali pakaianku yang tercecer dilantai, segera aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Selintas kulihat Om Liem duduk menggenakan kimono disofa sambil menikmati sebatang cerutu dibibirnya.Om Liem tersenyum memandang tubuhku, Aku memalingkan muka dan mempercepat langkahku masuk kekamar mandi.
Aku mengenakan kembali baju dan rok miniku setelah lebih setengah jam membersihkan tubuhku . Dalam keadaan rapi Aku keluar dari kamar mandi, Kulihat Om Liem masih duduk di Sofa sambil memegang botol minuman.
“Aku ingin pulang Om… perjanjian kita sudah selesai..!” kataku sambil meraih tas kecil milikku diatas meja.
“Belum selesai Shinta… aku masih belum puas… !” kata Om Liem sambil berdiri menghampiriku.
“Tapi..bukankah Om Liem tadi sudah mendapatkan keperawananku..sesuai dengan kesepakatan kita..!” kataku sambil menepiskan tangan Om Liem yang berusaha menjamah dadaku.

“Memang benar..tapi aku merasa belum puas..!” kata Om Liem tersenyum kurang ajar.
“Aku tak mau lagi Om… aku mau pulang … !kataku sambil melangkah cepat menuju pintu keluar kamar.
“Shinta… aku akan menelpon ke Bank dan membatalkan cek yang kuberikan padamu bila kamu menolaknya..!” Ancam Om Liem sedikit keras. Langkahku jadi terhenti karena ancamannya, pikiranku jadi kalut, ******* ini benar benar licik.. Bila aku menolaknya dan Om Liem membatal cek itu dengan menelpon bank, maka akan sia sialah pengorbananku ini. Om Liem kembali mendekatiku dan meyentuh bahuku.
“Bagaimana, kau bersedia melayaniku lagi..?tanyanya sambil meraih pinggangku yang langsing. Aah… benar benar sialan tua bangka ini, aku tak berdaya menolaknya .Kupikir pikir untuk apa lagi jual mahal, toh aku sudah tidak perawan lagi. Akhirnya dengan berat hati aku hanya dapat menganggukkan kepala .
“Sekali ini saja Om… “kataku singkat.
“Oke… no problem..”kata Om Liem senang sekali.

Tanpa basa basi lagi Om Liem langsung membuka kancing kancing bajuku dan melepaskannya kelantai sehingga nampaklah BHku yang berwarna merah jambu. Dengan kasar BH itu ditariknya lepas sehingga buah dadaku yang putih bersih kembali terbuka lebar menampakan kemulusan kulitku yang tersembunyi. Aku memaki maki dalam hati tanpa mampu berbuat sesuatu untuk mencegahnya. Buah dadaku yang sudah terbuka lebar itu langsung diserang Om Liem dengan bernapsu, lumatan lumatannya makin menggila.Tubuhku menggelinjang gelinjang geli menahan birahi karena serangannya.” Ooughh… aahhh..ooughh..” Hisapan hisapan lidahnya pada puting susuku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku memejamkan mata pasrah berusaha menikmati perasaan itu, kubayangkan yang sedang mencumbui tubuhku ini adalah pria muda.

“Sshh.. aaahhh… eemhh..!” aku mulai meracau tidak karuan saat jari-jarinya menyusup kedalam celana dalamku dan menusuk kemaluanku sambil memainkan klistorisku, sementara itu mulutnya tidak henti-hentinya menciumi payudaraku, sadar atau tidak aku kembali terbawa nikmat oleh permainannya. Perlahan lahan kurasakan tangan Om Liem mulai beraksi melepaskan resleting rok miniku dan melorotkannya kebawah, detak jantungku semakin keras, tak lama celana dalamkupun menyusul lepas sehingga dalam sekejap tubuhku sudah telanjang bulat. Sesaat mata Om Liem melotot memandangi tubuh polosku yang tampak putih bersih. Kemudian Om Liem yang bertubuh pendek meraih pinggangku yang ramping dan menuntunnya berjalan menuju kamar tidur utama. Aku hanya menurut saja kembali dibawa Om Liem kedalam kamar tidur, aku sudah menduga bahwa Om Liem ingin kembali mengerjai dan menikmati tubuhku yang putih mulus diatas kasur yang lembut itu, … aaaah… bandot ini sangat beruntung sekali… mendapatkan tubuhku tanpa perlawanan. Setelah membaringkanku diatas kasur, Om Liem segera membuka kimono yang dipakainya dengan tergesa gesa. Ternyata Om liem tak menggenakan apa apa dibalik kimononya. Aku memalingkan mukaku ketika Om Liem mulai membuka kedua pahaku lebar lebar sehingga bibir vaginaku terbelah luas menantang. Rupanya Om Liem sudah tak sabar ingin segera menyetubuhiku. Dengan pasti batang penisnya yang sudah tegang dari tadi mulai diarahkan kebibir kemaluanku yang sudah terbuka.

“Pelan pelan Om… masih sakit… !” kataku berbisik sambil menahan napas ketika kurasakan penis Om Liem mulai menembus bibir vaginaku yang masih sempit.. Sambil membuka lebar kedua pahaku Om Liem mulai mendorong penisnya keselangkanganku kuat kuat.
“auuww..aaahkhhh… !!aku memekik keras menahan yeri saat batang kemaluan Om Liem yang keras itu dengan paksa memasuki lubang kemaluanku yang masih sempit. Untuk kedua kalinya aku tak kuasa menolak Penis Om Liem yang tegang memasuki kemaluanku dalam dalam. Rasa nyeri masih terasa walaupun tidak sesakit ketika pertama kali Om Liem menembus perawanku..

“He..he..Jepitan Memekmu sungguh nikmat sekali Shinta, lebih nikmat dari pada gadis gadis lain yang sudah pernah aku perawani… he..he… payudaramupun lebih kenyal dan berisi..”kata Om Liem sambil mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun menggauliku. Aku diam saja mendengar ejekannya, saat ini badanku mulai terguncang guncang seirama dengan goyangan tubuh Om Liem yang menindih tubuhku.
“Oohh..ooohhhh… oooohhhhhh… “suaraku tak dapat kutahan lagi ketika gerakan Om Liem semakin cepat memacu tubuhku hingga tersentak sentak dengan keras.Birahiku jadi terangsang lagi, cairan vaginaku mulai banyak keluar sehingga Penis Om Liem kini sudah lancar keluar masuk vaginaku. Sambil tangannya mencengkram buah dadaku, goyangan Om Liem semakin menggila.

“Oooouuh… oooohhhhhhhh… Om Liem… “Tubuhku semakin menggeliat geliat tak karuan ketika buah dadaku kembali dilumat lumat Om Liem dengan ganasnya. Gesekan Batang penis Om Liem semakin terasa nikmat. Ahirnya aku tak dapat bertahan lebih lama lagi, tubuhku mengejang lagi, aku mengalami Orgasme lebih dulu.
“He..he… nikmat khan, bersetubuh denganku..?” kata Om Liem senang karena berhasil membuatku mencapai Orgasme. Aku memejamkan mata menahan malu telah diperdayainya hingga mengalami orgasme. Bandot tua ini memang bukan tandinganku, Pengalamanya sangat jauh dibandingkan aku yang baru hari ini mengenal Sex, sehingga dengan mudah dia dapat menaklukanku.

“Sekarang giliranku untuk bersenang senang nona cantik… “kata Om Liem sambil merubah posisi tubuhku berbalik seperti orang merangkak. Rupanya Om Liem ingin menembakku dari belakang. Aku hanya dapat pasrah mengikuti kemauan bandot ini. Tepat di hadapanku terdapat kaca rias yang besar didinding, sehingga aku dapat melihat tubuhku telanjang bulat serta dibelakangku terlihat Om Liem sedang mengagumi kemulusan tubuhku.
“Tak kusangka tubuhmu benar benar sempurna Shinta, kamu sungguh cantik sekali, beruntung sekali aku dapat memerawanimu… he..he… !” Om Liem tertawa sambil menyelipkan penisnya lagi di antara kedua kakiku lewat belakang. Dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Oohhh.., oouugghh.., aaahhhhh.. Aakkhh..!” Suaraku kembali terdengar ketika penis Om Liem dengan paksa menembus tubuhku dari belakang. Dengan bernapsu Om Liem kembali menggoyangku maju mundur sehingga buah dadaku yang menggantung ikut terguncang guncang berirama. Sambil terus menggoyangku tangan Om Liem yang bebas kembali meremas remas buah dadaku yang menggantung lepas. Melalui cermin besar didepanku, terlihat Om Liem sedang menggauli tubuh telanjangku, selintas nampak seperti seorang bidadari sedang diperkosa habis habisan oleh iblis hidung belang. Karena sepertinya tidak berimbang sekali, yang satu gadis muda cantik dan satunya lagi bandot tua.

“aaahhh… aaahhh… oouugghh ” Gerakan Om Liem Semakin cepat menyodok nyodok rahimku, rasanya aku sudah tak kuat lagi, tampaknya Bandot Tua itu juga sudah akan mencapai klimaxs. Tiba tiba Om Liem membalikan posisi tubuhku sehingga aku kembali terlentang dihadapannya. Sambil menindihku Om Liem kembali menghujamkan penisnya kedalam kemaluanku dengan kuat.
“Ooouugghh… !!” Om Liem nampak menikmati jeritanku ketika dia menghunjamkan lagi penisnya ke vaginaku yang telah basah oleh cairan licin. Sambil terus menggenjot tubuhku, bibir Om Liem kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang ku yang terkulai lemas tertengadah ke atas. Suara hisapannya bergema keras diruangan ini. Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Aku hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. ooohh..!” sementara tubuhku telah lemah dan semakin kepayahan. Akhirnya badan Om Liem pun menegang sambil mendekapku kuat kuat .
“Aaahhhh… Sakit Ommm… !” kataku sambil berusaha melepaskan pelukannya yang kuat tapi Om Liem malah menekan kemaluannya dalam dalam tak perduli dengan jeritanku Dan “Akkh… Crooot.., crooooott..!” Om Liem berejakulasi di rahimku, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari belahan Vaginaku. Om Liem nampaknya menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati bibirku yang terbuka kepayahan . Om Liem mengerang kenikmatan di atas tubuhku yang sudah lemas, sementara rahimku terus menerima semburan sperma yang cukup banyak. Badan Om Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhiku habis habisan serta merengut keperawananku yang selama ini menjadi Primadona SPG di perusahaanya. Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh ku yang tergolek tak berdaya di bawah pelukannya. Om Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, tubuhnya tampak lemas diatas tubuhku. Perlahan kudorong tubuh gemuknya kesamping agar tak membebani tubuhku. Ahirnya akupun tertidur kelelahan dipelukan Om Liem setelah beberapa ronde tadi melayani napsu birahinya yang tak putus putus. Sore harinya kembali aku digarapnya di kamar mandi ketika dipaksa mandi bersama, sambil berdiri merapatkan punggungku ketembok Om Liem kembali menggoyangku, sebelah kakiku diangkatnya keatas sehingga penisnya leluasa keluar masuk vaginaku, aku merintih rintih kecil dibuatnya. Sore itu aku terpaksa melayaninya sampai Bandot itu mendapatkan kepuasan dan dia **kan semua maninya dalam vaginaku. Setelah puas mengerjaiku barulah Om Liem mau melepaskanku dan mengantarkanku pulang. Sepanjang Jalan, aku hanya diam membisu disamping Om Liem yang mengemudikan mobil, Aku masih sakit hati padanya yang telah berhasil memperdayaiku, Tubuhku habis habisan dikerjainya, Vaginaku masih terasa sakit akibat paksaannya bersetubuh, bagian tubuhku yang tersembunyipun penuh dengan warna merah bekas cupangannya terutama dibagian buahdada dan paha putihku. Yang lebih menyakitkan lagi Om Liem mengambil celana dalamku tanpa dapat kutolak, katanya setiap gadis yang berhasil diperawaninya akan dikoleksi celana dalamnya bersama bercak-bercak darah perawan yang masih menempel.Sudah puluhan koleksi disimpannya. Terpaksa Saat itu aku pulang dengan menggunakan rok tanpa celana dalam.

“Bila kamu butuh uang lagi, kamu bisa hubungi aku lagi Shinta… tentunya kamu tak keberatan khan, memberikan kenikmatan tubuhmu itu… he..he… “kata Om Liem sebelum aku turun dari mobilnya. Aku diam saja sambil berlalu darinya, sudah pukul 6 sore saat aku tiba didepan rumahku.
Ternyata hampir seharian aku dikerjai bandot tua itu. Suatu saat akan kubalaskan dendamku ini, akan kuhabiskan hartanya, tunggulah tak akan lama lagi waktu itu akan tiba, kau harus bayar mahal kenikmatan yang kau dapat dari kemulusan tubuhku.

Inilah pengalaman pertamaku yang kuceritakan secara vulgar buat pembaca, lain waktu aku akan ceritakan lagi kehidupan sexualku setelah kejadian ini dimana aku mulai terjerumus kedunia gadis panggilan High class, para pelangganku adalah pejabat dan pengusaha ternama di Jakarta.
Tak ada pelanggan yang kecewa dengan kecantikan dan kemulusan tubuhku plus layanan istimewa. Hanya lelaki berduit saja yang dapat menjamah keindahan tubuhku ini.